Syekh Dr. Aidh Al-Qarni,
âJangan Bersedih Indonesiaâ
MENDENGAR nama Syekh Dr. Aidh Al-Qarni tentu kita akan bertanya-tanya. Siapa kah ulama itu? Akan Tetapi, apabila disebutkan judul buku karangan Al-Qarni yakni lah Tahzan (Jangan Bersedih) rata-rata mengatakan pernah membaca atau melihat sampulnya.
Ya, nama Syekh Aidh Al-Qarni beberapa tahun terakhir ini nyaris menyedot perhatian banyak kaum Muslimin di seluruh dunia termasuk Indonesia. Karya Aidh Al-Qarni yang berjudul lah Tahzan dan diterjemahkan dengan Don't Be Sad atau "Jangan Bersedih", laris manis bak kacang goreng di pasar pembaca buku Islam seluruh dunia.
Kondisi sama juga terjadi di Indonesia. Buku tersebut bahkan diterbitkan oleh puluhan penerbit dan umumnya mencapai angka penjualan yang fantastis. Hampir di setiap sampul buku tersebut dari berbagai penerbit tercantum logo best seller yang menandakan buku itu memang termasuk golongan buku yang amat disukai pasar.
Buku lah Tahzan sampai sekarang telah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia, dan telah terjual lebih dari sejuta eksemplar. Dalam edisi Bahasa Arabnya saja lah Tahzan terjual 120 ribu kopi dan menjadi bacaan wajib bagi aparat pemerintah Arab Saudi.
Syekh Qaidh Al-Qarni telah melahirkan 80 buku hadis, namun namanya baru mencuat ke seluruh dunia setelah menulis lah Tahzan. "Saya juga bersyukur kepada Allah dengan meledaknya buku lah Tahzan bahkan para pemimpin di Timur Tengah mewajibkan para stafnya untuk membaca buku ini," katanya saat berada di Masjid Pusdai Jabar, Rabu (8/3) lalu.
Siapa sebenarnya syekh yang memelihara jenggot panjang sedada ini yang kini dijuluki ulama semiliar umat?
Syaikh al-Qarni adalah ulama kelahiran Saudi pada tahun 1379 H. Dia menuntut ilmu di madrasah ibtidaiyah/MI (setingkat SD) Ali Salman, selanjutnya belajar di Ma'had Ilmi sejak bangku mutawassitah (setara sampai), hingga lulus sarjana strata 1 dan magister di tempat yang sama.
Salah satu karya ilmiahnya adalah Al-Bid'ah wa-Atsaruha fi ad-Diraayah wa ar-Riwayah, sedangkan disertasi doktornya berkutat pada kajian ilmu hadis yang berjudul Al-Mufahhim ala Mukhtashar Shahih Muslim. Situs Islamonline.com mencatat kelebihan Syekh Al-Qarni karena dia adalah orang yang mendalami ilmu syariah dan dakwah.
Syekh yang kini menjadi guru besar di Universitas Riyadh, Arab Saudi, juga seorang hafiz Alquran dan mendalami ilmu tafsir seperti Ibnu Katsir, At-Thabari, al-Qurthubi, Zaadu al-Masiir Ibnul Jauzi, al-Kassyaf karya Az-Zamakhsyari, bahkan tafsir Fi Dzilalil Quran karya Sayyid Quthb. Selain mendalami ilmu Alquran, Dia juga fokus mendalami ilmu hadis sehingga tak hairan Syekh al-Qarni menyelesaikan pembahasan kitab Bulugh al-Maraam sebanyak lebih dari 50 kali.
Dalam pengajian rutin yang dihadiri ribuan jemaah, Syekh Al-Qarni juga mengajarkan pengajian hadis Mukhtashar Al-Bukhari, Mukhtashar Muslim, al-Muntakhab, al-Lu'lu wa al-Marjan dan lainnya. Ia juga mengajarkan ilmu akidah, sirah (sejarah) dan fikih dalam pengajian-pengajiannya di berbagai masjid.
Dalam beberapa bulan terakhir media massa Arab Saudi seperti Koran Asy-Syarq Ausath menulis syair Syekh Al-Qarni yang bertajuk al-Qaraar al-akhiir atau "keputusan terakhir" untuk mengundurkan diri pentas dakwah.
Syair yang ditulis Syekh Al-Qarni sepanjang 70 bait itu disebarluaskan secara utuh oleh harian Al-Madinah terbitan Arab Saudi. Dalam rangkaian syair itu Syekh Al-Qarni menyebutkan keputusannya untuk mengisolasi diri dari khalayak dan dakwah atau dikenal uzlah.
Syekh yang dalam berceramah suaranya datar namun mantap menegaskan dirinya akan lebih banyak berdiam di rumah dan mengkaji di perpustakaannya. Ini dilakukan lantaran tekanan dan respons negatif yang ia terima dari banyak pihak terkait sepak terjang dakwah yang dilakukannya.
Keputusan ini membuat terhenyak dunia Arab termasuk Gubernur Riyadh, Salman bin Abdel Azis. Situs Islamonline.com bahkan membuka polling khusus untuk merespons para pengunjung situsnya, terhadap rencana mundurnya Syekh Al-Qarni dari dunia dakwah. Atas desakan dan permintaan dari seluruh dunia Syekh Al-Qarni pun lalu mengatakan ingin berpikir dan menenangkan diri selama sebulan.
Akhirnya, Syekh Aidh Al-Qarni yang kini menginjak usia 46 tahun mengurungkan niatnya mundur dari dunia dakwah. Bahkan, dari Selasa-Kamis (7-9/3) Syekh Al-Qarni berada di Indonesia mengunjungi Islamic Book Fair di Jakarta dan "dibajak" untuk berceramah di Kota Kembang.
Berikut petikan wawancara Syekh Al-Qarni yang diterjemahkan Ustaz Abdullah Baharmus ketika berjumpa dengan ratusan Muslimin di Masjid Pusdai Jabar atas undangan "Qusthi Press" dan PW Al-Irsyad Al-Islamiyyah Jabar.
Ahlan wasahlan ya Syekh (selamat datang) di Bandung. Bagaimana perasaan Syekh ketika menginjakkan kaki di Indonesia?
Saya sungguh terkesan dengan negeri Anda. Subhanallah. Indonesia merupakan surga ciptaan Allah dengan tanah subur, udara segar, pepohonan menghijau, dan kekayaan alam yang amat besar. Saya sudah berkeliling ke berbagai negara di dunia, tapi kondisinya tidak seperti di sini.
Umat Islam merupakan umat terbaik, khairu ummah, apalagi muslimin Indonesia diberi kekayaan alam melimpah yang seharusnya bersikap optimistis dalam memandang masa kini dan mendatang. Optimistis dan tenanglah. Jalani hidup tanpa keluh kesah, bersedih, apalagi khawatir karena semua itu hanya merugikan kita sendiri.
Bagaimana perasaan Syekh setelah dari Jakarta mengunjungi Bandung?
Saya merasa bukan seperti orang lain. Saya sungguh merasa ibarat berada di dalam keluarga sendiri. Apalagi menjelang salat Subuh saat istirahat di Jakarta, saya dibangunkan oleh suara azan yang bersahut-sahutan minimal datang dari lima masjid.
Banyak kalangan di Indonesia yang masih prihatin bahkan berkeluh kesah dengan kondisi krisis sejak pertengahan 1997 lalu. Pendapat Anda?
Persoalan hidup di dunia seperti krisis adalah hal biasa. Tidak perlu berkeluh kesah apalagi saling menghujat dan mencaci maki. Permasalahan krisis seperti di Indonesia juga pernah dialami negara-negara lain termasuk Arab Saudi.
Tetapi, mereka dapat mengatasi krisis karena mengembalikan solusinya kepada ajaran Islam. Semua unsur pemerintah dan masyarakat kembali kepada pemahaman Islam yang benar bersumber dari Alquran dan sunah Nabi Muhammad.
Sudah saatnya umat Islam termasuk di Indonesia, untuk kembali melirik isi Alquran sunah Nabi Muhammad lalu bersatu padu dalam kebersamaan. Allah kita satu. Agama kita satu.
Kembali ke aturan-aturan Alquran bukan sekadar dibaca atau dilombakan. Kita meniru perilaku Yahudi terhadap kitab sucinya yang tidak pernah meresapi, memahami, apalagi mengamalkan.
Ajaran Islam mengatur semua aspek ibarat jasad dengan rohnya. Mengatur masalah agama juga negara dan pemerintahan. Alquran menjadi pedoman hidup, tapi sayangnya kita anggap sekadar bacaan.
Bagaiamana tanggapan Syekh tentang kondisi masyarakat Indonesia yang kini makin materialis dan hedonis?
Anda lebih tahu kondisi masyarakat di sini, namun menurut saya Muslimin di Indonesia masih memegang teguh ajaran Islam. Yang perlu dilakukan adalah kembali kepada Alquran dan sunnah agar kehidupannya lebih baik.
Salah satu kelemahan utama umat Islam adalah kurang bisa bersatu padu sehingga kekuatannya pun lemah. Apa masalahnya?
Saya berdosa, kalian juga berdosa. Semoga Allah yang Mahapengampun menerima taubat kita lalu kembali kepada ajaran Islam yang benar. Saya sendiri tidak berafiliasi kepada organisasi mana pun.
Sesama umat Islam sering saling kritik dan merasa benar sendiri. Padahal, organisasi-organisasi Islam di dunia baik Hizbut Tahrir, Jamaah Tablig, Hamas, Ikhwanul Muslimin, Wahabi, dan lain-lain jangan saling menyudutkan. Jangan biarkan musuh-musuh Allah memecah belah umat Islam.
Kita juga jangan terpengaruh oleh adu domba mereka sehingga kita pecah. Apa manfaatnya kalau kita mengadu domba sesama muslim? Musuh-musuh Islam tidak akan menyerang umat Islam dengan rudal, pesawat tempur, tank, atau senjata melainkan dengan penyebaran asusila dan kemaksiatan. Sayangnya di antara umat Islam sendiri ibarat buih, tidak bisa bersatu dengan lainnya. Akhirnya umat Islam menjadi lemah.
Perbedaan pendapat di antara umat Islam adalah hal wajar yang seharusnya disikapi dengan bijak dan saling menasihati dengan bahasa halus. Tidak lantas saling menghujat atau mengolok. Kalau ada yang salah nasihati dengan bahasa yang baik.
Citra Islam sedang karut-marut terutama di negara-negara Barat dengan mencitrakan Islam sebagai agama teroris yang disimbolkan dengan pedang dan darah. Bisakah citra ini diperbaiki?
Dari awal Islam adalah agama yang menyebarkan rahmat bagi seluruh alam, wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil-alamin (tidak diutus Nabi Muhammad kecuali memberi rahmat seluruh alam, red). Umat Islam perlu mengedepankan ajaran Islam yang damai, rahmatan lil-alamin, seperti dicontohkan para penyebar Islam (para wali).
Ulama yang mendakwahkan Islam ke Indonesia tidak pakai pedang atau kekerasan, tetapi contoh dan akhlak baik. Mereka datang sebagai pedagang yang membawa ajaran Islam secara damai bukan dengan peperangan.
Saya menolak keras Islam sebagai agama teroris seperti dilekatkan oleh negara-negara Barat. Teroris itu merusak, membunuh, merampas, dan menghancurkan. Mereka menuding Islam teroris, padahal mereka sendiri merampas tanah Palestina, menghancurkan Irak dan Afganistan. Kita tahu siapa sebenarnya yang teroris.
Tanggapan Syekh dengan maraknya unjuk rasa termasuk di Indonesia yang menentang pemuatan karikatur Nabi Muhammad oleh media massa Denmark?
Itu lah sikap muslim yang benar. Muslimin seharusnya mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pertama kali mengetahui kartun nabi, saya sendiri menangis. Rasulullah adalah orang yang sangat dicintai lebih dari diri saya sendiri, istri, anak, maupun lainnya.
Dalam buku Syekh menyebutkan pernah dipenjara oleh pemerintah Arab Saudi. Apa benar?
Saya memang pernah dipenjara malah keluar masuk penjara karena adanya beda pandangan. Namun, di penjara malah saya bisa produktif menulis buku sehingga Gubernur Riyadh, Salman bin Abdel Aziz, mengetahui hal itu lalu secara bergurau akan kembali memenjarakan saya. Kalau lebih produktif menulis di penjara, maka saya akan penjarakan kamu lagi (kata Syekh Al-Qarni menirukan ucapan gubernur Riyadh, red).
Buku Syekh sudah dicetak berpuluh-puluh kali dengan angka penjualan yang fantastis termasuk di Indonesia. Bahkan, puluhan penerbit di Indonesia mencetak buku tanpa sepengetahuan Syekh. Tanggapan Syekh?
Tidak menjadi masalah bagi saya kalau penerbit Indonesia mahu mencetak karena karya cipta hanya milik Allah. Khusus royalti semua buku yang saya buat juga sudah saya serahkan kepada orang lain bukan lagi milik saya. Lillahi ta'ala saya silakan kalau ada muslimin yang mahu menerjemahkan buku-buku saya. Semoga dapat bermanfaat dan semoga Allah memaafkan kita semua.
Silakan tulis surat kepada saya untuk meminta izin menerbitkan buku-buku yang diinginkan karena saya tidak terima apa pun dari penerbitan buku-buku saya. Tetapi, khusus buku lah Tahzan izinnya sudah saya serahkan ke Akhmad Bawazier dari Qisthi Press.
Apakah dalam waktu dekat ini ada buku karangan Syekh yang akan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia?
Insya Allah tak lama lagi akan terbit buku berjudul Tafsir Praktis setebal 300 halaman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Saya minta kepada penerbit di Indonesia agar tidak menjual mahal buku-buku saya sehingga muslimin bisa membelinya.(Sarnapi/"PR")***
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/12/99pekan.htm