Array
Welcome To Portal Komuniti :: Ukhwah.com

  Create An Account Home  ·  Topik  ·  Statistik  ·  Your Account  ·  Hantar Artikel  ·  Top 10 29-03-2024  

  Login
Nickname

Password

>> Mendaftar <<

  Mutiara Kata
Air dari gunung, mengalir, berpecah akhirnya bertemu semula di laut
-- Peribahasa Lama

  Menu Utama

  Keahlian Ukhwah.com
Terkini: navratan
Hari Ini: 0
Semalam: 0
Jumlah Ahli: 43152

  Sedang Online
Sedang Online:
Tetamu: 144
Ahli: 0
Jumlah: 144




  Yang Masuk Ke Sini
muslimin23: 2 hari yang lalu
Rashdin: 27 hari yang lalu

Tujuh Kali naik Haji
 Posted on Rabu, 31 Mac 2004 @ 13:00:22oleh Hanan
Tazkirah sham_ALLoNe menulis Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Sarah (juga bukan nama sebenarnya), si Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang berkemampuan, mereka memang berkewajipan menunaikan ibadah Haji.

Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini
akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sihat walafiat, tak
kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan
hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. "Labaik
allahuma labaik. Aku datang memenuhi seruanMu ya Allah".

Hasan menarik ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu,
lihatlah Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi
berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan disisi anaknya tak beraksi, ia
terdiam.
Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh
anaknya. Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat
raut
wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak boleh melihat apapun selain kegelapan.
Beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang nampak hanyalah kegelapan.
Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya. Beberapa minit
yang alu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki
Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita.

Anak yang sholeh itu bersimpuh dihadapan Allah. Ia sholat memohon
ampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah,
mengharap rahmatNYA. Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan
segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.
Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang
sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya,
dengan menatap Ka'bah, kelak. Anak yang sholeh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak
kepadanya. Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya
kembali dibutakan di dekat Ka'bah, sehingga tak dapat menyaksikan
bangunan yang merupakan simbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak dapat melihat Ka'bah. Hasan tidak berpatah arang. Ia kembali membawa
ibunya ke tanah suci tahun berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat
melihat Ka'bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap.
Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.

Hasan tak habis fikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya
menjadi buta di depan Ka'bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka'bah,penglihatannya selalu normal. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya
punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah

diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.
Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal
kerana kesolehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat).
Tanpa kesulitan berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang
dimaksud. Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang sholeh ini.
Ulama itu mendengarkan dengan saksama, kemudian meminta agar Ibu
dari hasan mahu menelefonnya. Anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu
Dhabi tersebut. Beruntung, sang Ibu mahu memenuhi permintaan anaknya. Ia
pun mahu menelefon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang
dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat
kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya dimasa
lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya.

"Anda harus berterus terang kepada saya, kerana masalah Anda bukan
masalah biasa," kata ulama itu pada Sarah.
Sarah terdiam sejenak. Kemudian ia meminta waktu untuk
memikirkannya.
Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat khabar dari Sarah.
Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah
menelefon.
"Ustaz, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah
sakit," cerita Sarah akhirnya.
"Oh, bagus.....Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia," potong ulama itu.

"Tapi saya mencari wang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara,
tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram," ungkapnya terus
terang.

Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata
demikian.

"Disana...." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, kerana
tidak semua ibu suka dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan,
dengan imbalan wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka."



Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.

"Astagfirullah......" betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. Bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.



Apakah Sarah tidak tahu, bahawa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan
sangat penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi
tidakjelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkahwinan,
terutama dalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak
boleh dinikahi.

"Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah.

"Cuma itu ?" tanya ulama terperangah.

"Tahukah anda bahawa perbuatan anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah anda hancurkan!". ucap ulama dengan nada tinggi. "Lalu apa lagi yang anda kerjakan ?" tanya ulama itu lagi sedikit kesal.

"Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati."

"Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama.

"Ya, tapi saya memandikan orang mati kerana ada kerjasama dengan tukang
sihir."

"Maksudnya ?". tanya ulama tidak mengerti.

"Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau
sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di
dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah,
melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati."

"Satu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa,
saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti
terpantol, tidak mahu masuk, walaupun saya sudah menekannya
dalam-dalam.

Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya cuba lagi begitu.seterusnya
berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya
lakukan."


Mendengar penuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu

berteriak marah. "Cuma itu yang kamu lakukan ?". "MasyaAllah....!!!

Saya tidak boleh membantu anda. saya angkat tangan". Ulama itu amat
sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang
memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata,
"Anda harus memohon ampun kepada Allah, kerana hanya Dialah yang dapat
mengampuni dosa anda." Bumi menolaknya; setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar khabar selanjutnya dari Sarah.


Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginya melalui telefon. Ia
berharap Sarah telah bertaubat atas segala yang telah diperbuatnya.
Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah
datang kepadanya. Kerana tak juga memperoleh khabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir. Kebetulan yang menerima telefon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan khabar Sarah, ternyata khabar duka yang diterima ulama itu.

"Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelefon ustaz," ujar Hasan

Ulama itu terkejut mendengar khabar tersebut.

"Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?". tanya ulama itu.

Hasanpun akhirnya bercerita :

Setelah menelefon si ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit
dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan
Sarah.

Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas
izin

Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali.
Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa
itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar
jenazah yang menyadari bahawa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu
terjadi berulang-ulang. Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu
merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin,
kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayat. Waktu terus
berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian kerana pekerjaan
mereka tak juga selesai. Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkan
sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali.
Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja
tergeletak dihamparan tanah kering kerontang.



Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan
tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur.

Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah
perkuburan seorang diri. Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang
laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang

Mesir. Lelaki itu tidak nampak wajahnya, kerana terhalang tutup kepalanya yang menonjol ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,

" Biar aku uruskan jenazah ibumu, pulanglah !". kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki
itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mahu menggali lubang
untuk kemudian mengebumikan ibunya.

"Aku minta supaya kau jangan menoleh ke belakang hingga tiba di
rumahmu, pesan lelaki itu. Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan
pemakaman.

Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit keinginannya
untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya. Sedetik kemudian ia menoleh ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya.

Belum habis rasa hairannya, sedetik kemudian dari arah yang
berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langkah seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahawa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman kerana terbakar.

Ulama itu mendengarkan dengan saksama semua cerita yang diungkapkan Hassan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan
oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa
yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama itu
meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan hilang.

Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengkhabarkan
kepada ulama itu, bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas
luar biasa,

semakin hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah
dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap,
apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni
oleh Allah
SWT.


Semuga kisah nyata dari Mesir ini dapat menjadi pelajaran bagi kita
semua.


Amien.

 

  Tazkirah


Komen


"Tujuh Kali naik Haji" | Login/Mendaftar | 0 Komens
Threshold
Komen di sini adalah hakmilik yang menghantar. Pihak Pengurusan Portal tidak ada kena mengena.






Datacenter Solution oleh Fivio.com Backbone oleh JARING Bukan Status MSCMyPHPNuke Portal System

Disclaimer: Posting dan komen di dalam Portal Komuniti Ukhwah.com ini adalah menjadi hak milik ahli
yang menghantar. Ia tidak menggambarkan keseluruhan Portal Komuniti Ukhwah.com.
Pihak pengurusan tidak bertanggung jawab atas segala perkara berbangkit
dari sebarang posting, interaksi dan komunikasi dari Portal Komuniti Ukhwah.com.


Disclaimer: Portal Komuniti Ukhwah.com tidak menyebelahi atau mewakili mana-mana parti politik
atau sebarang pertubuhan lain. Posting berkaitan politik dan sebarang pertubuhan di dalam laman web ini adalah menjadi
hak milik individu yang menghantar posting. Ia sama-sekali tidak ada
kena-mengena, pembabitan dan gambaran sebenar pihak pengurusan Portal Komuniti Ukhwah.com

Portal Ukhwah
© Hakcipta 2003 oleh Ukhwah.com
Tarikh Mula: 14 Mei 2003, 12 Rabi'ul Awal 1424H (Maulidur Rasul)
Made in: Pencala Height, Bandar Sunway dan Damansara Height
Dibina oleh Team Walasri




Loading: 0.200336 saat. Lajunya....