|
Seni Berdakwah
|
|
|
Posted on Jumaat, 17 Oktober 2003 @ 13:27:22oleh Engku_Salina
|
|
|
abu_luqman menulis Kalam Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz.
Seorang dai yang menyeru ke jalan Allah Ta'ala hendaknya menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang mudah dan sederhana. Hendaknya ia memilih tema yang sesuai bagi mereka, memilih kalimat yang tidak membangkitkan nafsu, tapi yang mendekatkan mereka kepada Allah.
Hendaknya ia memilih kalimat yang dapat menyucikan nafs dengan cepat, bukannya ucapan yang memberatkan mereka, yang mereka anggap berat dan sulit. Seorang dai seharusnya mendahulukan yang lebih penting menurut waktu, zaman dan keadaan masyarakat saat itu. Ia harus memperhatikan masalah yang lebih besar dan penting, memperhatikan semua yang fardhu dan kewajiban-kewajiban utama lainnya.
Dakwah dengan tema di atas akan sukses jika metode yang digunakan tidak menyebabkan orang lari dan tidak mempersulit. Dakwah sebaiknya dilakukan dengan memberikan himbauan (targhîb) dan juga ancaman (tarhîb), sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadis.
Jika berdakwah kepada para pemula, bila mengajak mereka untuk mengerjakan kebaikan, jangan sekali-kali memaksa, jangan menyampaikan permasalahan-permasalahan yang tidak dapat dipahami dan dianggap berat oleh mereka. Sebab, sesuai tabiatnya, nafs akan lari jika merasa keberatan. Dan jika nafs lari, ia akan menentang dan memusuhi kebaikan, kemudian mencari pembenaran (justifikasi) bahwa perbuatannya sesungguhnya baik. Jika pemula memandang ucapan dai tersebut keras, terlalu berat dan tidak mampu ia laksanakan, maka nafs-nya akan memberontak.
Bicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkatan pemikiran (pendidikan) mereka. Jika berbicara dalam suatu majlis yang dihadiri oleh orang yang derhaka kepada kedua orang tuanya, jangan berkata, "Celakalah orang-orang yang derhaka kepada kedua orang tuanya, nerakalah tempat mereka." Ucapan semacam ini akan membangkitkan hawa orang yang derhaka tadi sehingga ia akan menentangnya. Akan tetapi hendaknya kita berkata,
"Allah Ta'ala berfirman :
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya." (QS Al-Isra, 17:23)
"Perhatikanlah, bagaimana Allah yang Maha Mulia memberikan wasiat kepada kita, bagaimana Ia menunjukkan kedudukan kedua orang tua. Orang tua memiliki hak dan kedudukan yang agung. Orang yang berbakti kepada keduanya akan memperoleh berbagai kebaikan. Nabi telah memperingatkan kita agar tidak durhaka kepada kedua orang tua. Beliau bersabda begini dan begini." Jika dakwah disampaikan dengan cara demikian, maka akal dan nafs akan mendengarkan dan nafs tidak akan memberontak.
Dalam ucapan kaum solihin dan guru-guru kita, banyak kita jumpa ucapan-ucapan yang keras, tapi masyarakat menerimanya. Sebab, mereka memiliki hal dan maqom yang agung. Jika ucapan itu muncul dari orang lain, masyarakat tidak akan menerimanya dan akan menganggap terlalu berat untuk dilaksanakan. Namun, karana mereka yang mengucapkannya, maka masyarakat mahu menerimanya.
Sebagai dai yang masih awam, kita jangan menempatkan diri kita di kedudukan kaum khowwash, seperti Habib Alwi bin Syihab, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri, ayahku Sayid Muhammad bin Salim atau kaum sholihin terkemuka lainnya. Mereka kadang kala menyampaikan ceramah-ceramahnya dengan keras. Meskipun demikian, ucapan mereka meninggalkan kesan dalam hati pendengarnya. Sebab, mereka memiliki hal dan maqom yang mendukung dan masyarakat yang mahu menerimanya. Adapun orang-orang seperti kita ini, sebelum berbicara kita wajib memperhatikan dan menyederhanakan pesan yang akan kita sampaikan. Jika ada kata-kata yang sulit, hendaknya kita ganti dengan kata-kata yang mudah dipahami. Sebagai contoh, jika hendak mencegah seseorang dari memutuskan hubungan keluarga, jangan berkata,
"Di majlis ini ada seseorang yang memutuskan hubungan kekeluargaan." Atau berkata, "Dewasa ini tidak seorang pun yang tidak memutuskan hubungan kekeluargaan. Maka mereka semua terkena laknat."
Meskipun ucapan ini mengandungi kebenaran, tapi masyarakat tidak akan menerimanya. Kita tidak boleh berkata demikian, tetapi sebaiknya kita berkata, "Marilah kita perhatikan kerabat kita, marilah kita raih pahala lewat mereka, marilah kita usahakan agar hubungan kekerabatan menjadi sebuah nikmat. Jika kalian mahu menundukkan nafs lalu menyambung tali silaturahmi dan berbuat baik kepada mereka, maka kabar gembira bagi kalian, kalian akan memperoleh umur yang panjang dan rezeki melimpah.
Sebab, Nabi saw bersabda :
"Silaturahim memperbanyak harta dan memperpanjang umur."
(hari Bukhari dan Muslim)
Kalian hendaknya menggunakan kalimat-kalimat seperti ini. Jika dakwah disampaikan dengan cara demikian, maka semua orang akan menerimanya. Ucapan kalian menjadi baik dan mudah diterima oleh nafs. Sebenarnya tujuan orang menyampaikan dakwah dengan keras adalah juga untuk menyeru manusia ke jalan Allah, tapi caranya tidak benar. Karena itulah Allah berfirman kepada Nabi kita Muhammad saw :
"Kerana rahmat Allah-lah kamu dapat berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS Ali Imran, 3:159)
|
|
| |
|
|
|
|
|
Tazkirah
|
|
|
|
Komen