Array
Welcome To Portal Komuniti :: Ukhwah.com

  Create An Account Home  ·  Topik  ·  Statistik  ·  Your Account  ·  Hantar Artikel  ·  Top 10 29-03-2024  

  Login
Nickname

Password

>> Mendaftar <<

  Mutiara Kata
Semua orang boleh menjadi guru, tak semua guru boleh menjadi pendidik
-- Kata Bijaksana

  Menu Utama

  Keahlian Ukhwah.com
Terkini: navratan
Hari Ini: 0
Semalam: 0
Jumlah Ahli: 43152

  Sedang Online
Sedang Online:
Tetamu: 175
Ahli: 0
Jumlah: 175




  Yang Masuk Ke Sini
muslimin23: 2 hari yang lalu
Rashdin: 27 hari yang lalu

Peristiwa Hari Sabtu
 Posted on Selasa, 23 September 2003 @ 23:51:53oleh khaulah_alazwar
Tazkirah the_brOtherz menulis Pada sebuah kampung yang terletak di pinggir Laut Merah, bernama kampung Allah, yang di situ tinggal bangsa keturunan Bani Israil. Mereka juga menjalankan syariat yang menjadikan hari Sabtu itu semata-mata untuk beribadah saja.

Demikianlah satu syariat yang dibawa oleh Nabi Musa, bahwa hari Sabtu adalah hari untuk beribadah.

Kerana adat dan syariat yang sudah turun-temurun begitu lama, syariat Bani Israel itu menyebabkan timbulnya sebuah tradisi ikan yang hidup di dalam laut di sekitar desa itu.

Tidak begitu jauh dari pantai desa itu, ada dua buah batu besar yang berwarna putih di dalam laut. Tiap hari Sabtu bukan main banyaknya ikan-ikan besar yang lalu lalang di antara dua buah batu besar itu. Rupanya ikan-ikan itu sudah tahu bahwa kalau mereka lalu-lalang di situ pada hari Sabtu, tidak ada seorang pun yang berani menangkapnya. Sedang di hari-hari yang lain tidak ada seekor ikan pun yang muncul di situ. Kerana, bila ada seekor saja, sudah pasti akan ditangkap manusia untuk disantap. Di hari-hari yang lain, selain hari Sabtu, mereka hampir seluruhnya pergi ke laut menangkap ikan.

Dari hari ke hari, tahun ke tahun, makin banyak juga ikan-ikan besar Laut Merah yang melancong pada hari Sabtu ke antara dua buah batu itu. Hal ini akhirnya menimbulkan selera bangsa Bani Israel yang tinggal di desa itu.

Nafsu tamak dan keinginan untuk makan daging ikan yang besar-besar itu menyebabkan mereka lupa kepada ajaran agamanya. Mereka berkumpul, bermusyawarah, bertukar fikiran.

Mereka berkata, "Mengapa kita biarkan saja ikan-ikan besar sebanyak itu berkeliaran di hadapan kita di hari Sabtu ini? Sedang di hari-hari lainnya kita mati-matian ke tengah laut yang luas mencari ikan dengan susah payah, kadang-kadang dengan mengorbankan jiwa kita sendiri. Alangkah baiknya di hari Sabtu itu kita tangkap semua ikan yang lalu lalang antara dua buah batu besar itu, kita pasti akan mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya, dengan jalan yang semudah-mudahnya."

Fikiran ini lekas diterima oleh orang-orang di kampung itu, kecuali beberapa orang saja yang tetap beriman dan tetap tidak mahu melanggar aturan agama.

Begitulah setiap hari Sabtu, penduduk kampung itu bersama-sama menangkap ikan di antara dua batu itu dengan mudah sekali. Hasil mereka yang sehari itu jauh lebih banyak daripada enam hari di hari-hari lainnya. Alangkah senangnya hati mereka itu.

Dengan akal itu, maka hari Sabtu sudah mereka ubah bukan untuk menyembah Allah lagi, tetapi mereka jadikan hari melupakan Tuhan, hari beriang gembira, makan-makan besar dengan ikan hasil tangkapannya di hari Sabtu itu.

Setelah pekerjaan mereka diketahui oleh orang-orang yang beriman, mereka memberi nasihat kepada orang yang melanggar aturan agama itu. Tetapi, nasihat ini tidak dimasukkan lagi ke dalam hati mereka.

Akhirnya, oleh golongan yang beriman diadakan tindakan kekerasan untuk menginsyafkan orang-orang yang sudah sesat itu. Dengan kekuatan senjata, mereka jaga agar jangan sampai ada seorang juga di antara penduduk yang menangkap ikan di hari Sabtu itu.

Tetapi, mereka yang ingkar dan sesat itu sama-sama protes keras seraya berkata, "Kampung ini bukan kepunyaanmu saja, kami juga berhak atas kampung ini. Tetapi, apa sebabnya kamu melarang kami berbuat apa yang kami inginkan di kampung kami sendiri? Kami bebas berbuat itu semua, apalagi mencari rezeki yang berupa makanan itu. Atau, kalau kamu tidak suka meilhat kami mengerjakan apa yang kami perlukan, lebih baik kampung ini kita bagi menjadi dua saja. Seperduanya untuk kami, kami bebas dan merdeka berbuat apa saja yang kami kehendaki di kampung bagian kami, dan seperdua lagi untuk kalian dankalian juga bebas berbuat semahu kalian."

Untuk menghindarkan selisih dan pertumpahan darah, orang-orang yang beriman akhirnya suka saja kalau kampung itu dibagi menjadi dua.

Akhirnya, kampung itu dibagi menjadi dua. Dan kedua golongan masing-masing kampung itu kini bebas berbuat sekehendaknya. Golongan yang sudah sesat itu berkecimpung dengan keingkarannya melupakan Tuhan dan makan-makan besar setiap hari Sabtu, yang oleh Allah ditetapkan untuk beribadah itu.

Adapun orang yang beriman selalu menasihati kepada sesama mereka agar jangan meniru-niru perbuatan salah dari orang yang sesat itu, kerana itu akan berakhir dengan dosa dan petaka, yang diakhiri dengan siksaan Allah yang seberat-beratnya. Setelah anjuran itu, oleh golongan yang sesat itu tidak diacuhkan sama sekali. Akhirnya, perbuatan mereka dibiarkan saja, diserahkan kepada Tuhan saja untuk menghukumnya.

Tetapi, Nabi Daud a.s. tidak mahu membiarkan saja orang yang melanggar perintah Allah. Nabi Daud terus-menerus menasihati mereka agar kembali kepada ajaran agamanya. Tetapi, mereka hanya menggelengkan kepalanya, bahkan mengejek-gejek Nabi Daud a.s.

Akhirnya, Nabi Daud tidak dapat membiarkan dan tidak dapat pula memberi nasihat lagi. Masalah ini diserahkan kepada Allah semata-mata, dengan doa agar Allahlah yang memberi pelajaran kepada mereka yang sesat itu.

Orang-orang yang ingkar itu akhirnya menjadi orang yang semakin ingkar dan semakin tamak dalam hidupnya. Akhirnya, mereka mengerjakan segala macam dosa dan noda dalam hidupnya. Tabiat mereka berubah seperti kera kena beruk, tidak tahu halal dan haram, tidak kenal pematang atau pagar. Akhirnya, bukan tabiatnya saja yang jelek begitu rupa, tetapi rupa dan bentuk mereka juga semakin memburuk. Tabiat yang kasar dan dosa yang amat banyak telah mengubah bentuk mereka menjadi menyerupai kera, menjadi binatang melata.

Pada suatu hari, terjadilah gempa besar di desa itu. Dengan gempa yang besar itu, semua kaum muslimin keluar dan mereka meminta perlindungan kepada Allah. Adapun orang-orang yang sesat itu masih tetap makan-makan besar dengan hasil penangkapan ikan mereka di hari Sabtu itu. Akhirnya, datang lagi gempa yang kedua, ketiga, dan keempat, tidak ada putus-putusnya, yang semakin hebat dan dahsyat. Dengan gempa yang dahsyat itu lenyaplah semua orang yang ingkar itu, terpelanting ke dalam laut, ditimpa oleh batu-batu dan rumah-rumah yang runtuh. Sedang orang-orang yang beriman tetap selamat sejahtera berkat perlindungan dari Allah SWT.

 

  Tazkirah


Komen


"Peristiwa Hari Sabtu" | Login/Mendaftar | 0 Komens
Threshold
Komen di sini adalah hakmilik yang menghantar. Pihak Pengurusan Portal tidak ada kena mengena.






Datacenter Solution oleh Fivio.com Backbone oleh JARING Bukan Status MSCMyPHPNuke Portal System

Disclaimer: Posting dan komen di dalam Portal Komuniti Ukhwah.com ini adalah menjadi hak milik ahli
yang menghantar. Ia tidak menggambarkan keseluruhan Portal Komuniti Ukhwah.com.
Pihak pengurusan tidak bertanggung jawab atas segala perkara berbangkit
dari sebarang posting, interaksi dan komunikasi dari Portal Komuniti Ukhwah.com.


Disclaimer: Portal Komuniti Ukhwah.com tidak menyebelahi atau mewakili mana-mana parti politik
atau sebarang pertubuhan lain. Posting berkaitan politik dan sebarang pertubuhan di dalam laman web ini adalah menjadi
hak milik individu yang menghantar posting. Ia sama-sekali tidak ada
kena-mengena, pembabitan dan gambaran sebenar pihak pengurusan Portal Komuniti Ukhwah.com

Portal Ukhwah
© Hakcipta 2003 oleh Ukhwah.com
Tarikh Mula: 14 Mei 2003, 12 Rabi'ul Awal 1424H (Maulidur Rasul)
Made in: Pencala Height, Bandar Sunway dan Damansara Height
Dibina oleh Team Walasri




Loading: 0.148051 saat. Lajunya....