Array
Welcome To Portal Komuniti :: Ukhwah.com

  Create An Account Home  ·  Topik  ·  Statistik  ·  Your Account  ·  Hantar Artikel  ·  Top 10 29-03-2024  

  Login
Nickname

Password

>> Mendaftar <<

  Mutiara Kata
Jika anda melakukan apa yang selalu anda lakukan, anda akan mendapat apa yang selalu anda dapat
-- Seminat NLP

  Menu Utama

  Keahlian Ukhwah.com
Terkini: navratan
Hari Ini: 0
Semalam: 0
Jumlah Ahli: 43152

  Sedang Online
Sedang Online:
Tetamu: 237
Ahli: 0
Jumlah: 237




  Yang Masuk Ke Sini
muslimin23: 2 hari yang lalu
Rashdin: 27 hari yang lalu

Hilangnya Rasa Malu
 Posted on Isnin, 24 Mei 2004 @ 20:43:04oleh Hanan
Tazkirah sanada_yukimura menulis Pada zaman Khalifah Umar Bin Khattab, ada seorang pemuda yang menyerahkan diri untuk diadili karena telah membunuh sesama muslim. Pengadilan pun menjatuhkan hukum qisas. Khalifah menanyakan apa permohonan terhukum sebelum di-qisas. Ia memohon agar diperbolehkan pulang ke kampungnya untuk menyelesaikan amanah serta membayar hutang-hutang yang masih ditanggungnya. Permohonan itu dikabulkan dengan syarat adanya badal (orang yang menjamin, dan apabila si terhukum mangkir maka penjamin yang akan dihukum).

Ketika ditanyakan siapa yang akan menjadi badal, si pemuda tak memiliki sanak famili di Madinah. Dari kerumunan orang, berteriaklah seseorang, “Aku siap menjadi penjaminnya.” Ternyata orang itu tak lain adalah Abu Dzar Al-Ghifari. Akhirnya si terhukum diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan keperluannya. Singkat cerita, sampai hari yang telah ditentukan si terhukum tak kunjung tiba. Orang-orang berkerumun dan menangis melihat sahabat Nabi SAW duduk di majlis qisas untuk dipenggal lehernya sebagai badal. Algojo pun telah siap dengan pedang terhunus, menanti aba-aba dari khalifah.



Tiba-tiba dari kejauhan tampak pemuda itu memacu kudanya dengan cepat seraya bertakbir. Ia pun segera menghadap ke majlis qisas. Saat itulah ia ditanya, “Mengapa kamu kembali, padahal engkau dapat melarikan diri?” Pemuda itu menjawab, “Memang aku dapat melarikan diri, namun aku malu jika nanti tercatat dalam sejarah ada seorang muslim yang ingkar janji dan tidak menjaga harga dirinya sebagai muslim.”



Mendengar jawaban yang tulus itu, tiga orang anak dari korban pembunuhan menghadap ke majlis dan berkata, “Kami putra dari yang dibunuh memaafkan orang ini. Akhirnya, pemuda itu pun lepas dari hukuman qisas. Saat itulah, Abu Dzar ditanya, “Kenapa engkau mahu menjadi badal dari orang yang tak kau kenal? Abu Dzar pun menjawab, “Aku malu jika nanti tertulis dalam sejarah bahwa ada satu kejadian dimana seorang muslim minta jaminan ditengah saudaranya sesama muslim namun tak ada seorang pun yang menolongnya.”



Lalu ketiga putra korban pun ditanya, “Mengapa kalian dengan begitu mudah memaafkan pembunuh ayahmu?” Mereka pun menjawab, “Kami pun juga malu seandainya nanti tergores dalam sejarah bahwa ada seorang muslim yang tidak mahu memaafkan kesalahan saudaranya!”



Sungguh besar hikmah dari kejadian diatas, bagaimana seorang muslim merasa malu jika tak mampu membantu sesamanya. Sabda Nabi SAW bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya begitu mengakar di hati mereka. mereka menyadari sepenuhnya bahwa persaudaraan atas dasar aqidah jauh lebih mulia daripada persaudaraan berdasar keturunan. Hubungan yang dibangun dengan sikap saling membantu ini merupakan kehendak Allah SWT dalam bentuk, cara maupun peraturan yang sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia. Hal inilah yang akhirnya membuat ikatan hubungan sesama muslim menjadi kuat dan penuh kasih sayang sebagaimana yang digambarkan kisah diatas.



Kehidupan Nabi dan para sahabat menunjukkan betapa indahnya persaudaraan diantara mereka. bagaimana mulianya hati kaum Anshar ketika menerima kedatangan saudaranya dari Makkah. Mereka membagi harta, pakaian dan rumah untuk ditempati oleh orang-orang yang baru mereka temui. Dalam kehidupan sehari-hari para sahabat, tak jarang mereka mendahulukan kepentingan saudaranya dibanding kepentingan mereka sendiri. Mereka merasa malu dan menyesal jika tak mampu membantu kesulitan saudaranya. Dan semua itu mereka lakukan hanya atas dasar persamaan aqidah.



Sebuah pertanyaan harus ditujukan kepada diri kita, pernahkah kita merasa malu jika tak mampu membantu kesulitan sesama muslim? Pernahkah mata kita menangis ketika melihat penderitaan yang dialami saudara kita sesama muslim? Pernahkah hati kita merasa marah melihat saudara sesama muslim didzalimi kelompok lain?



Jawabannya sudah jelas! Jangankan merasa malu, tergerak untuk membantu pun tidak, hati kita telah dibutakan oleh penyakit cinta dunia. Di depan mata kita, ribuan saudara muslim merintih membutuhkan uluran tangan, namun kita lebih memilih menggelar pesta pernikahan dengan beribu kemewahan. Kita juga lebih suka menumpahkan darah sesama muslim hanya karena masalah khilafiyah atau yang lebih memalukan lagi hanya karena masalah perbedaan partai. Lalu pantaskah kita mengaku sebagai umat Muhammad SAW? Hati kita telah dibekukan oleh nafsu duniawi hingga kita tak pernah mempedulikan keadaan saudara muslim yang lain.



Ajaran jahiliyah yang hedonis dan individualis telah menjadi kiblat dalam kehidupan kita sehari-hari. Harta telah menjadi “Tuhan” dalam kehidupan kita. Akibatnya, kita takut harta kita berkurang jika membantu orang lain. Kita merasa apabila seseorang ditimpa kesusahan, maka itu adalah tanggung jawab pribadinya. Bahkan tak jarang, kita menindas dan mendzalimi sesama muslim untuk memperkaya diri sendiri. Fenomena ini terlihat di segala bidang, dari perdagangan hingga ke pemerintahan. Kita telah melalaikan perintah Allah dan Rasul-Nya.



Sebagai akhir dari tulisan ini hendaklah kita selalu mengingat firman Allah SWT, “Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

 

  Tazkirah


Komen


"Hilangnya Rasa Malu" | Login/Mendaftar | 1 Komen
Threshold
Komen di sini adalah hakmilik yang menghantar. Pihak Pengurusan Portal tidak ada kena mengena.


Re: Hilangnya Rasa Malu
oleh fahim pada Ahad, 30 Mei 2004 @ 20:47:33
(Info AHLI)


mmm... kalau ada citer menarik lagi, masukkanla...
assalamualaikum sanada yukimura!!!!
[ Tetamu tidak dibenarkan memberi komen. Sila mendaftar ]





Datacenter Solution oleh Fivio.com Backbone oleh JARING Bukan Status MSCMyPHPNuke Portal System

Disclaimer: Posting dan komen di dalam Portal Komuniti Ukhwah.com ini adalah menjadi hak milik ahli
yang menghantar. Ia tidak menggambarkan keseluruhan Portal Komuniti Ukhwah.com.
Pihak pengurusan tidak bertanggung jawab atas segala perkara berbangkit
dari sebarang posting, interaksi dan komunikasi dari Portal Komuniti Ukhwah.com.


Disclaimer: Portal Komuniti Ukhwah.com tidak menyebelahi atau mewakili mana-mana parti politik
atau sebarang pertubuhan lain. Posting berkaitan politik dan sebarang pertubuhan di dalam laman web ini adalah menjadi
hak milik individu yang menghantar posting. Ia sama-sekali tidak ada
kena-mengena, pembabitan dan gambaran sebenar pihak pengurusan Portal Komuniti Ukhwah.com

Portal Ukhwah
© Hakcipta 2003 oleh Ukhwah.com
Tarikh Mula: 14 Mei 2003, 12 Rabi'ul Awal 1424H (Maulidur Rasul)
Made in: Pencala Height, Bandar Sunway dan Damansara Height
Dibina oleh Team Walasri




Loading: 0.144003 saat. Lajunya....