Array
![]() |
![]() | Create An Account | Home · Topik · Statistik · Your Account · Hantar Artikel · Top 10 |
![]() | 27-03-2025 |
|
Bincang Agama
|
Moderator: ibnu_musa, Administrator, ABg_IMaM |
Please Mendaftar To Post |
Oleh | persoalan wahabbi dan rasionalnya |
---|---|
afina010587 ![]() ![]() |
![]() ![]() salam... ana ingin sangat tahu apa itu sebenarnya wahabi? boleh kah diterima? Kenapa ia wujud? apa yang salah dan benarnya golongan ini? sesiapa boleh kongsi pendapat dan pengetahuan.... |
afina010587 ![]() ![]() |
![]() |
Mulya ![]() |
![]()
salam..
alhamdulillah..saya mengenal beberapa orang2 wahabi...dan saya sudah membaca beberapa artikel tentang wahabi.. tak ada yang sesat pada mereka...bahkan saya berani mengatakan bahawa mereka jauh lebih baik berbanding kita..(ini wahabi yang dimadinah dan indonesia) saya merasa hairan ketika orang d malaysia mengatakan mereka sesat..mengatakan ibnutaimiyah sesat..padahal saya tau, ibnutaimiyah tu digelar syakhulislam... |
Mulya ![]() |
![]()
ini..saya masih menyimpan artikel tentang tu....silakan baca..semoga memahami..
MELURUSKAN PEMAHAMAN KELIRU TENTANG SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB Oleh: Shalih bin Abdul Aziz As Sindi Semenjak berlalunya tahun-tahun yang panjang, dalam kurun waktu yang lama, kontroversi tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb rahimahullah dan dakwahnya masih terus berjalan. Antara yang mendukung dan yang menentang, atau yang menuduh dan yang membela. Yang perlu diperhatikan mengenai ucapan orang-orang yang menentang Syaikh yang melontarkan kepada beliau dengan bebagai tuduhan, bahwa perkataan mereka tak disertai dengan bukti. Apa yang mereka tuduhkan tidak mempunyai bukti dari perkataan Syaikh, atau didasarkan pada apa yang telah ditulis dalam kitabnya, tapi hanya sekedar tuduhan yang dilontarkan oleh pendahulu mereka, kemudian diikuti oleh orang setelahnya. Saya yakin tak ada seorangpun yang berfikir obyektif kecuali dia mengakui bahwa cara terbaik untuk mengetahui fakta yang sebenarnya adalah dengan melihat kepada yang bersangkutan, kemudian mengambil informasi langsung dari apa yang telah disampaikannya. Kitab-kitab Syaikh dapat kita temui, perkataan-perkataannya pun juga masih terjaga. Dengan mengacu kepada itu semua akan terbukti apakah isu-isu tersebut benar atau salah. Adapun tuduhan-tuduhan yang tidak disertai dengan bukti hanyalah fatamorgana yang tak ada kenyataanya. Dalam artikel ini, berisi catatan-catatan ringan perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb dengan amanah dinukil dari kitab-kitabnya yang valid. Saya telah mengumpulkannya dan yang dapat saya lakukan hanyalah sekedar menyusun. Catatan berisi jawaban-jawaban langsung dari Syaikh tehadap tuduhan-tuduhan kepada beliau yang dilancarkan oleh para penentangnya dengan jelas ditepisnya segala apa yang dituduhkan. Saya yakin dengan taufiq dari Allôh Subhânahu wa Taâlâ- hal itu cukup untuk menjelaskan kebenaran bagi siapa yang benar-benar mencarinya. Adapun yang membangkang terhadap Syaikh dan dakwahnya, senang menyebarkan kedustaaan dan kebohongan, perlu saya katakan kepada mereka : kasihanilah dirimu sesungguhnya kebenaran akan jelas, agama Allôh akan menang dan matahari yang bersinar terang tak akan bisa ditutupi dengan telapak tangan. Inilah perkataan Syaikh menjawab tuduhan-tuduhan tersebut, kalau Anda mendapatkan perkataan Syaikh yang mendustakannya maka tampakkan dan datangkanlah jangan Anda sembunyikan ..! Namun kalau tidak dan Anda tidak akan mendapatkannya- maka saya menasehati Anda dengan satu hal : hendaklah Anda menghadapkan diri kepada Allôh dengan menanggalkan segala hawa nafsu dan fanatisme, sembari memohon kepada-Nya untuk memperlihatkan al haq dan membimbingmu kepadanya, kemudian Anda fikirkan apa yang telah dikatakan oleh orang ini (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), apakah dia membawa sesuatu yang bukan dari firman Allôh dan sabda Rasul-Nya Shallâllâhu alaihi wa Sallam? Lalu fikirkan sekali lagi: apakah ada jalan keselamatan selain perkataan yang benar dan membenarkan al haq? Bila telah tampak bagi Anda kebenaran maka kembalilah kepada akal sihat, menujulah kepada al haq, sesungguhnya hal itu lebih baik dari pada terus menerus berada dalam kebatilan, hanya kepada Allôh saja segala perkara dikembalikan. HAKEKAT DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB Sebagai permulaan pembahasan, akan lebih baik kalau kita menukil beberapa perkataan ringkas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb rahimahullah dalam menjelaskan apa yang beliau dakwahkan, jauh dari yang awan gelap propaganda yang dilancarkan para penentangnya, yang mereka menghalangi kebanyakan manusia agar jauh dari dakwah tersebut. Beliau mengatakan : Aku katakan hanya bagi Allôh segala puji dan karunia dan dengan Allôh segala kekuatan- : sesungguhnya Tuhanku telah menunjukkanku ke jalan yang lurus, agama lurus agama Ibrahim yang hanif dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik. Dan aku Alhamdulillâh-, tidak mengajak kepada madzhab salah seorang sufi, ahli fikih, filosof, atau salah satu imam-imam yang aku muliakan .. Aku hanya mengajak kepada Allôh Yang tiada sekutu bagi-Nya. Aku mengajak kepada sunnah Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam yang beliau menasehatkan ummatnya dari yang awal sampai yang akhir untuk selalu mengikutinya. Aku memohon semoga aku tidak menolak segala kebenaran bila telah sampai kepadaku, bahkan aku persaksikan kepada Allôh, para malaikat dan semua makhluk-Nya, siapapun diantara kalian yang menyampaikan kebenaran kepadaku, pasti akan aku terima dengan sepenuh hati, dan aku akan memukulkan ke tembok setiap perkataan para imamku yang bertentangan dengan kebenaran, kecuali Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam karena beliau tidak mengatakan kecuali kebenaran. (Ad Durarus Saniyyah: jilid 1, hal: 37,38). Dan aku segala puji hanya milik Allôh-, hanyalah mengikuti, bukan mengada-ada. (Muallafât Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb, jilid 5, hal: 36). Gambaran mengenai permasalahan yang sebenarnya adalah aku katakan : tidak ada yang boleh dipinta dengan doa kecuali Allôh saja tiada sekutu bagi-Nya, sebagaimana Allôh berfirman : فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا (( maka janganlah kamu berdoa kepada seorangpun bersamaan dengan Allôh)) (Q.S. Al Jin : 18). Allôh juga berfirman berkaitan dengan hak Nabi-Nya : قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا ((Katakanlah : Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan-pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan)). ((Q.S. Al Jin : 21) Demikianlah firman Allôh dan apa yang disampaikan dan diwasiatkan Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam kepada kita, .. inilah antaraku denganmu, kalau ada yang menyebutkan tentangku di luar daripada itu, maka itu adalah dusta dan kebohongan. (Ad Durarus Saniyyah : 1/90-91). MASALAH PERTAMA : ITIQAD BELIAU TENTANG NABI SHALLÂLLÂHU ALAIHI WA SALLAM Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb difitnah para musuhnya dengan berbagai tuduhan keji berkaitan dengan itiqadnya terhadap Nabi Shallâllâhu alaihi wa Sallam, tuduhan itu berupa : Pertama : beliau tidak menyakini bahwa Nabi Shallâllâhu alaihi wa Sallam adalah nabi penutup. Dikatakan demikian, padahal semua kitab-kitab beliau penuh berisi tentang bantahan terhadap syubhat itu. Berikut ini menunjukkan kebohongan tuduhan tersebut, diantaranya dalam perkataan beliau : Aku beriman bahwa Nabi kita Muhammad Shallâllâhu alaihi wa Sallam adalah penutup para nabi dan rasul. Tidak akan sah iman seorang hamba pun sampai dia beriman dengan diutusnya beliau serta bersaksi akan kenabiannya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal 32) Makhluk paling beruntung, paling agung kenikmatannya dan paling tinggi derajatnya adalah yang paling tinggi dalam mengikuti dan mencocoki beliau (Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam) dalam ilmu dan amalannya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:32) Kedua : Dia telah menghancurkan hak Nabi Shallâllâhu alaihi wa Sallam, tidak meletakkan beliau pada kedudukannya yang pantas. Untuk melihat hakikat beliau sebagai tertuduh, saya nukilkan sebagian perkataan yang telah beliau tegaskan berkaitan dengan apa yang diyakini tentang hak Nabi Shallâllâhu alaihi wa Sallam, beliau berkata : Tatkala Allôh berkehendak menampakkan tauhid dan kesempurnaan agama-Nya, agar kalimat-Nya tinggi dan seruan orang-orang kafir adalah rendah, Allôh mengutus Muhammad Shallâllâhu alaihi wa Sallam sebagai penutup para nabi dan kekasih Tuhan semesta alam. Beliau terus menerus dikenal dalam setiap generasi, bahkan dalam Taurat dan Injil telah disebutkan, sampai akhirnya Allôh mengeluarkan mutiara itu, antara Bani Kinanah dengan Bani Zuhrah. Maka Allôh mengutusnya pada saat terhentinya pengutusan para rasul, lalu menunjukkannya kepada jalan yang lurus. Beliau mempunyai tanda-tanda dan petunjuk tentang kebenaran kenabian sebelum diangkat menjadi nabi, yang tanda-tanda tersebut tidak terkalahkan oleh orang-orang yang hidup pada masanya. Allôh membesarkan beliau dengan baik, mempunyai kehormatan tertinggi pada kaumnya, paling bagus akhlaknya, paling mulia, paling lembut dan paling benar dalam berucap, akhirnya kaumnya memberikan julukan dengan Al Amîdan, karena Allôh telah menciptakan pada beliau keadaan-keadaan bagus dan budi pekerti yang diridhai-Nya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal: 90-91). Dan beliau adalah pemimpin para pemberi syafaat, pemilik Al Maqômul Mahmūd (kedudukan hamba yang paling mulia di hari kiamat), sedang Nabi Adam Alaihis pasalâm dan orang-orang sesudahnya akan berada di bawah panjinya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 86). Utusan yang pertama adalah Nabi Nuh Alaihis pasalâm dan yang paling akhir serta paling mulia adalah Muhammad Shallâllâhu alaihi wa Sallam. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:143) Beliau telah menyampaikan penjelasan dengan cara terbaik dan paling sempurna, manusia yang paling menginginkan kebaikan bagi hamba-hamba Allôh, belas kasih terhadap orang-orang yang beriman, telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, berjihad di jalan Allôh dengan sebenar-benarnya jihad dan terus menerus menyembah Allôh sampai beliau wafat. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:21). Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb rahimahullah juga mengambil kesimpulan dari sabda Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam : Tidaklah sempurna iman salah seorang diantara kamu sampai aku lebih dia cintai daripada bapaknya, anaknya dan semua manusia. Beliau mengatakan : Kewajiban mencintai Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam melebihi cinta terhadap diri sendiri, keluarga maupun harta. (Kitabut Tauhid, hal : 108). Ketiga : mengingkari syafâat Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam. Syaikh berkenan menjawab syubhat ini, beliau mengatakan : Mereka menyangka bahwa kami mengingkari syafâat Nabi Shallâllâhu alaihi wa Sallam? Maha suci Engkau Allôh, ini sungguh ini adalah dusta yang besar. Kami mempersaksikan kepada Allôh Subhânahu wa Taâlâ bahwa Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam adalah pemberi syafâat dan diberi kekuasaan oleh Allôh untuk memberi syafâat, pemilik Al-Maqômul Mahmūd. Kita meminta kepada Allôh Yang Maha Mulia, Tuhan Arsy yang agung untuk memberikan syafâat kepada beliau untuk kita, dan mengumpulkan kita di bawah panjinya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 63-64) Syaikh telah menjelaskan sebab penyebaran propaganda dusta ini, beliau berkata: Mereka itu ketika aku sebutkan apa yang telah disebutkan Allôh dan Rasul-Nya Shallâllâhu alaihi wa Sallam serta semua ulama dari semua kelompok, tentang perintah untuk ikhlâsh beribadah kepada Allôh, melarang dari menyerupakan diri dengan Ahlul Kitab sebelum kita yang mereka itu menjadikan ulama dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allôh, mereka mengatakan : kamu merendahkan para nabi, orang-orang shalih dan para wali!. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal: 50) MASALAH KEDUA : TENTANG AHLUL BAIT Termasuk tuduhan yang diarahkan kepada Syaikh : beliau tidak mencintai Ahlul Bait Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam dan menghancurkan hak mereka. Jawaban atas pernyataan ini : Apa yang dikatakan itu bertentangan dengan kenyataan, bahkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb rahimahullah mengakui akan hak mereka untuk dicintai dan dimuliakan. Beliau konsisten dengan hal ini bahkan mengingkari orang yang tidak seperti itu. Beliau rahimahullah berkata : Allôh telah mewajibkan kepada manusia berkaitan dengan hak-hak terhadap ahlul bait. Tidak boleh bagi seorang muslim menjatuhkan hak-hak mereka dengan mengira ini termasuk tauhid, padahal hal itu adalah perbuatan yang berlebih-lebihan. Kita tidak mengingkari kecuali apa yang mereka lakukan berupa penghormatan terhadap ahlul bait disertai dengan keyakinan mereka pantas untuk disembah, atau penghormatan terhadap mereka yang mengaku dirinya pantas disembah. (Muallâfat asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb, jilid 5, hal:284) Dan bagi siapa saja yang mahu memperhatikan biografi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb akan membuktikan apa yang telah dia katakan. Cukuplah diketahui beliau telah menamai enam dari tujuh putranya dengan nama para ahlul bait yang mulia semoga Allôh merahmati mereka. Keenam putra itu adalah : Alî, Abdullâh, Husain, Hasan, Ibrâhîm dan Fâthimah. Ini merupakan bukti yang jelas menunjukkan betapa besar kecintaan dan penghargaannya terhadap ahlul bait. MASALAH KETIGA : KAROMAH PARA WALI Beredar isu di kalangan orang bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb mengingkari karomah para wali. Menepis kebohongan ini, di beberapa tempat Syaikh rahimahullah telah merumuskan aqidah beliau yang tegas berkaitan dengan masalah ini, berbeda jauh dengan apa yang selama ini tersebar. Diantaranya terdapat di dalam sebuah perkataannya tatkala beliau menerangkan tentang akidah beliau : Dan aku meyakini tentang karomah para wali. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:32) Bagaimana mungkin beliau dituduh dengan tuduhan tersebut, padahal dia mengatakan bahwa orang yang mengingkari karomah para wali adalah ahli bidah dan kesesatan, beliau berkata: Dan tidak ada seorangpun mengingkari karomah para wali kecuali dia adalah ahli bidah dan kesesatan. Muallâfat asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb, jilid 1, hal: 169) MASALAH KEEMPAT : TAKFIR Termasuk perkara terbesar yang disebarkan berkenaan dengan Syaikh dan orang-orang yang mencintainya adalah dikatakan mengkafirkan khalayak kaum muslimin dan pernikahan kaum muslimin tidak sah kecuali kelompoknya atau yang hijrah kepadanya. Syaikh telah menepis syubhat ini di beberapa tempat, diantara pada perkataan beliau : Pendapat orang bahwa saya mengkafirkan secara umum adalah termasuk kedustaan para musuh yang menghalangi manusia dari agama ini, kita katakan : Maha Suci Engkau Allôh, ini adalah kedustaan besar. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 100) Mereka menisbatkan kepada kami berbagai macam kedustaan, fitnah pun semakin besar dengan mengerahkan terhadap mereka pasukan syetan yang berkuda maupun yang berjalan kaki. Mereka menebarkan berita bohong yang seorang yang masih mempunyai akal merasa malu untuk sekedar menceritakannya apalagi sampai tertipu. Diantaranya apa yang mereka katakan bahwa aku mengkafirkan semua manusia kecuali yang mengikutiku dan pernikahan mereka tidak sah. Sungguh suatu keanehan, bagaimana mungkin perkataan ini bisa masuk kedalam pikiran orang waras. Dan apakah seorang muslim akan mengatakan seperti ini. Aku berlepas diri kepada Allôh dari perkataan ini, yang tidak bersumber kecuali dari orang yang berpikiran rusak dan hilang kesadarannya. Semoga Allôh memerangi orang-orang yang mempunyai maksud-maksud yang batil. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal 80) Aku hanya mengkafirkan orang yang telah mengetahui agama Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam kemudian setelah dia mengetahuinya lantas mengejeknya, melarang manusia dari memeluk agama tersebut dan memusuhi orang yang berpegang dengannya. Tetapi kebanyakan umat alhamdulillâh- tidaklah seperti itu. (Ad Durarus Saniyyah : 1/73) MASALAH KELIMA : ALIRAN KHAWARIJ Sebagian orang ada yang menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb bahwa dia berada di atas aliran khawarij yang mengkafirkan manusia hanya karena kemaksiatan biasa. Untuk menjawabnya kita ambil dari redaksi perkataan Syaikh rahimahullah sendiri. Beliau rahimahullah berkata : Aku tidak pernah mempersaksikan seorang pun dari kaum muslimin bahwa dia masuk surga atau masuk neraka kecuali orang yang telah dipersaksikan oleh Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam. Akan tetapi aku mengharapkan kebaikan bagi orang yang berbuat baik, dan mengkhawatirkan orang yang berbuat jahat. Aku tidak mengkafirkan seorang dari kaum muslimin pun hanya karena dosa biasa dan aku tak mengeluarkannya dari agama Islam. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:32) MASALAH KEENAM : TAJSIM Termasuk yang digembar-gemborkan juga tentang Syaikh adalah beliau dianggap mujassim, yaitu menyerupakan sifat-sifat Allôh dengan sifat-sifat makhluk. Beliau telah menerangkan keyakinan tentang masalah ini dan sungguh sangat jauh dengan apa yang telah dituduhkan padanya, beliau berkata : Termasuk beriman kepada Allôh adalah: beriman dengan apa yang Allôh sifati terhadap Dzat-Nya di dalam kitab-Nya, atau melalui sabda Rasul-Nya Shallâllâhu alaihi wa Sallam, tanpa adanya tahrif (merubah teks maupun makna dari nash aslinya) ataupun tathil (menafikan sebagian atau semua sifat-sifat Allôh yang telah Allôh tetapkan terhadap diri-Nya), bahkan aku beritikad bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allôh Subhânahu wa Taâlâ, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka aku tidak menafikan dari Allôh sifat yang telah Dia tetapkan terhadap diri-Nya. Aku tidak merubah perkataan Allôh dari tempat-tempatnya. Aku tidak menyimpang dari kebenaran dalam nama dan sifat-sifat Allôh. Aku tidak menggambarkan bagaimana sebenarnya sifat-sifat Allôh dan juga tidak menyamakannya dengan sifat-sifat makhluk, karena Dia Maha Suci, tiada yang menyamai, tiada yang setara dengan-Nya, tidak memiliki tandingan dan tidak pantas diukur dengan makhluk-Nya. Karena Allôh Subhânahu wa Taâlâ Yang paling mengetahui tentang diri-Nya dan tentang yang selain-Nya. Dzat Yang paling benar firman-Nya dan paling bagus dalam perkataan-Nya. Allôh menyucikan diri-Nya dari dari apa yang dikatakan oleh para penentang yaitu ahli takyif (menggambarkan hakikat sifat-sifat Allôh) maupun ahli tamtsil (menyerupakan Allôh dengan makhluk-Nya). Juga mensucikan diri-Nya dari pengingkaran ahli tahrif maupun ahli tathil, maka Dia berfirman : سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ((Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allôh Tuhan seru sekalian alam)) (Q.S. As Shâffât : 180-182) (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:29) Dan sudah dimaklumi bahwa tathil adalah lawan dari tajsim, ahli tathil adalah musuh ahli tajsim, sedang yang haq adalah yang berada di antara keduanya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 11, hal:3) MASALAH KETUJUH : MENYELISIHI PARA ULAMA Sebagian manusia mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb telah menyelisihi semua ulama dalam dakwahnya, tidak melihat kepada perkataan mereka, tidak mengacu kepada kitab-kitab mereka dan beliau membawa barang baru serta membuat madzhab kelima. Orang yang paling bagus dalam menjelaskan bagaimana hakikatnya adalah beliau sendiri. Beliau berkata : Kami mengikuti Kitab dan Sunnah serta mengikuti para pendahulu yang shalih dari umat ini dan mengikuti apa yang menjadi sandaran perkataan para imam yang empat : Abu Hanîfah Numan bin Tsâbit, Mâbalik bin Anas, Muhammad bin Idrîs (As sayaâfiî) dan Ahmad bin Hanbal semoga Allôh merahmati mereka. (Muallafât asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb, jilid 5, hal: 96) Bila kalian mendengar aku berfatwa dengan sesuatu yang dengannya aku keluar dari kesepakatan (ijma) ulama, sampaikan perkataan itu kepadaku. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 53) Bila kalian menyangka bahwa para ulama bertentangan dengan apa yang aku jalani, inilah kitab-kitab mereka ada di depan kita. (Ad Durarus Saniyyah jilid 2, hal: 58) Aku membantah seorang bermadzhab Hanafi dengan perkataan ulama-ulama akhir dari madzhab Hanafi, demikian juga penganut madzhab Maliki, Syafii dan Hanbali, semua saya bantah hanya dengan perkataan ulama-ulama muta`âkhirin yang menjadi rujukan dalam madzhab mereka. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:82) Secara global yang saya ingkari adalah : keyakinan terhadap selain Allôh dengan keyakinan yang tidak pantas bagi selain Allôh. Bila Anda dapati aku mengatakan sesuatu dari diriku sendiri, maka buanglah. Atau dari kitab yang kutemukan sedang disepakati untuk tidak diamalkan, buanglah. Atau saya menukil dari ahli madzhabku saja, buanglah. Namun bila aku mengatakannya berdasarkan kepada perintah Allôh dan Rasul-Nya Shallâllâhu alaihi wa Sallam atau berdasarkan ijma ulama dari segala madzhab, maka tidaklah pantas bagi seorang yang beriman kepada Allôh dan hari akhir berpaling darinya hanya karena mengikuti seorang ahli di zamannya atau ahli daerahnya, atau hanya karena kebanyakan manusia di zamannya berpaling darinya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:76) PENUTUP Sebagai penutup, disini ada dua nasehat yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb : Pertama : bagi orang yang berusaha menentang dakwah ini berikut semua pengikutnya, serta mengajak manusia untuk menentangnya lalu melontarkan beraneka ragam tuduhan dan kebathilan. Bagi mereka Syaikh berkata : Saya katakan bagi yang menentangku, bahwa sudah menjadi kewajiban bagi semua manusia untuk mengikuti apa yang telah diwasiatkan oleh Nabi Shallâllâhu alaihi wa Sallam terhadap umatnya. Aku katakan kepada mereka : kitab-kitab itu ada pada kalian, perhatikanlah kandungannya, jangan kalian mengambil perkataanku sedikitpun. Hanya saja apabila kalian telah mengerti sabda Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam di dalam kitab-kitabmu itu maka ikutilah meskipun berbeda dengan kebanyakan manusia Janganlah kalian mentaatiku, dan jangan mentaati kecuali perintah Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam yang ada di dalam kitab-kitab kalian Ketahuilah tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian kecuali mengikuti Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam. Dunia akan berakhir, namun surga dan neraka jangan sampai ada orang berakal yang melupakannya. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:89-90) Aku mengajak orang yang menyelisihiku kepada empat perkara : kepada Kitabullah, kepada sunnah Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam, atau kepada ijma kesepakatan ahli ilmu. Apabila masih membangkang aku mengajaknya untuk mubâhalah (mendoakan laknat bagi yang berdusta). (Ad Durarus Saniyyah : 1/55) Kedua : bagi yang masih bimbang. Syaikh berkata : Hendaklah Anda banyak merendah dan mengiba kepada Allôh, khususnya pada waktu-waktu yang mustajâb, seperti pada akhir malam, di akhir-akhir shalat dan setelah adzan. Juga perbanyaklah membaca doa-doa yang diajarkan Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam, khususnya doa yang tercantum dalam As Shahih bahwa Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam berdoa dengan mengucap : ((Wahai Allôh Tuhannya Jibril, Mikail dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nampak, Engkaulah Yang Memutuskan hukum diantara hamba-hamba-Mu yang berselisih, tunjukkanlah kepadaku mana yang haq diantara yang diperselisihkan dengan izin-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Menunjukkan ke jalan yang lurus bagi siapa yang Engkau kehendaki)). Hendaklah Anda melantunkan doa ini dengan sangat mengharap kepada Dzat Yang Mengabulkan doa orang kesulitan yang berdoa kepada-Nya, dan Yang telah Menunjukkan Ibrahim Alaihis pasalâm disaat semua manusia menentangnya. Katakanlah : Wahai Yang telah mengajari Ibrahim, ajarilah aku. Apabila Anda merasa berat dikarenakan manusia menyelisihimu, pikirkanlah firman Allôh Subhânahu wa Taâlâ : ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ![]() إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ((Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allôh.)) (Q.S. Al Jâtsiyah : 18-19) ((Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allôh)) (Q.S. Al Anâm : 118) Ingatlah sabda Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam dalam As Shahih : Agama Islam bermula dari keadaan asing dan akan kembali dianggap asing seperti saat bermulanya. Juga sabda Rasūlullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam : Sesungguhnya Allôh tidak mengambil ilmu . Sampai akhir hadits)*, juga sabda beliau : Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sesudahku, juga sabdanya : Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah kesesatan. (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 42-43) * Lengkapnya adalah: Sesungguhnya Allôh tidak akan mencabut ilmu dari dada manusia secara serta merta, akan tetapi mencabutnya dengan memwafatkan para ulama. Sampai apabila tidak menyisakan seorang yang alim, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka ditanya dan menjawab tanpa ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan manusia (hari. Bukhari Muslim). Jika telah jelas bagimu bahwa ini adalah al haq yang tidak diragukan lagi, dan sudah merupakan kewajiban untuk menyebarkan al haq itu serta mengajarkannya kepada para wanita maupun pria, maka semoga Allôh merahmati orang yang menunaikan kewajiban itu dan bertaubat kepada Allôh serta mengakui al haq itu pada dirinya. Sesungguhnya orang yang telah bertaubat dari dosanya seperti orang yang tak mempunyai dosa sama sekali. Semoga Allôh menunjukkan kami dan Anda sekalian dan semua saudara-saudara kita kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Wassalam (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:43)2. |
Mulya ![]() |
![]()
semoga bermanfaat untuk semua...
selagi mereka mengakui bahwa tiada tuhan melainkan ALLAH...muhammad rasul ALLAH..dan tiada nabi setelahnya..dan mengikuti cara-cara dan sunnah nabi..maka mereka adalah saudaraku...saudara seislam.. |
afina010587 ![]() ![]() |
![]() |
Mulya ![]() |
![]()
"Dan aku –Alhamdulillâh-, tidak mengajak kepada madzhab salah seorang sufi,
ahli fikih, filosof, atau salah satu imam-imam yang aku muliakan….. "Aku hanya mengajak kepada Allôh Yang tiada sekutu bagi-Nya. Aku mengajak kepada sunnah Rasūlullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam yang beliau menasehatkan ummatnya dari yang awal sampai yang akhir untuk selalu mengikutinya. -“Kami mengikuti Kitab dan Sunnah serta mengikuti para pendahulu yang shalih dari umat ini dan mengikuti apa yang menjadi sandaran perkataan para imam yang empat : Abu Hanîfah Nu’man bin Tsâbit, Mâbalik bin Anas, Muhammad bin Idrîs (As sayaâfi’î) dan Ahmad bin Hanbal semoga Allôh merahmati mereka”. (Muallafât asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhâb, jilid 5, hal: 96) sila baca diatas..saya hanya mengambil potongan2 dari artikel diatas... |
Mulya ![]() |
![]()
perlu kita ketahui bahwa MAZHAB BUKAN ALIRAN PEMAHAMAN AGAMA...
ia hanya PEMAHAMAN DALAM PENGAMALAN FIQH... |
trouver_99 ![]() ![]() |
![]()
ooo ye ke wahabi tak sesat....sapa tolak pendapat matahari mengelilingi bumi makanya ia menolak pendapat Al-Quran.jadi sesat terus dari Islam dan masuk neraka pasal menolak ayat Al-Quran.tak sesat sungguh wahabi ni rupanya.....dah macam pendapat kristian zaman gelap dulu......
BENARKAH BUMI MENGELILINGI MATAHARI? Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah Dhohir dalil-dalil syarI menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah yang menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam dipermukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhohir dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk mentakwilkan dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut: 1.Allah Subhanahu wa Taala telah berfirman tentang Nabi Ibrahim akan hujjah-nya terhadap orang-orang yang menentang Rabb, firman-Nya: فَإِنَّ اللّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ (258) سورة البقرة. sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia (matahari) dari barat (QS. Al-Baqoroh: 258). 2.Dan Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman tentang Nabi Ibrohim: فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَآ أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ (78) سورة الأنعام. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata:Inilah Rabku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata:Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (QS. Al-Anam: 78). Jika Allah menjadikan bumi mengelilingi matahari, niscaya Allah akan berfirman:Ketika bumi itu hilang darinya (matahari, pent). 3.Allah Azza wa Jalla berfirman: وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُ (17) سورة الكهف Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari arah gua mereka ke sebelah kanan dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu (QS. Al-Kahfi: 17). Dalam ayat di atas Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu berasal dari bumi, maka niscaya Allah akan berfirman:gua mereka condong darinya (matahari). Begitu juga bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah (matahari) yang berputar meskipun dilalah-nya sedikit dibandingkan dengan dilalah firman-Nya:condong dan menjauhi mereka. 4.Allah Azza wa Jalla berfirman: وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (33) سورة الأنبياء. Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya (QS. Al-Anbiya: 33). Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata:Berputar dalam satu garis edaran alat pemintal. Penjelasan itu terkenal darinya. 5.Allah Azza wa Jalla berfirman: يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا (54) سورة الأعراف Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat (QS. Al-Arof: 54). Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari. 6.Allah Subahanahu wa Taala berfirman: خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ (5) سورة الزمر Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Az-Zumar: 5). Firman-Nya:Menutupkan malam dan siang artinya memutarkannya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang di atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berfirman:Dia menutupkan bumi atas malam dan siang. Dan makna firman-Nya: matahari dan bulan, semuanya berjalan menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berputar dengan putaran yang semestinya, karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak. 7.Allah Azza wa Jalla berfirman: وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا. وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا (1-2) سورة الشمس Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya (QS. Asy-Syams: 1-2). Makna mengiringinya adalah datang setelahnya, dan itu adalah dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. Seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya tidak akan bulan itu mengelilingi matahari, akan tetapi kadang-kadang bulan mengelilingi matahari dan kadang-kadang matahari mengiringi bulan, karena matahari kedudukannya lebih tinggi daripada bulan. Dan untuk menyimpulkan ayat ini membutuhkan penelitian. 8.Allah Azza wa Jalla berfirman:Dan suatu tanda (kekuasaan Allah Yang Maha Besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapn Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya (QS. Yaasiin: 37-40). Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar/batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Menunjukkan bahwa hal itu adalah jalan yang sesungguhnya dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang dan malam dan batas-batas waktu. Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi, maka penetapan garis edar itu untuknya bukan untuk bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan, malam dan siang. 9. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar .a dan matahari telah terbenam. Artinya:Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi? Dia (Abu Dzar) menjawab:Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau bersabda:Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah Arsy, kemudian minta izin lalu diizinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu dia tidak diizinkan. Kemudian dikatakan kepadanya; Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari arah barat (tempat terbenamnya) atau sebagaimana sabdanya1). Firman-Nya:Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat terbenamnya sangat jelas sekali menunjukkan bahwa matahari itulah yang berputar mengelilingi bumi. Dengan putarannya itu terjadinya terbit dan terbenam (siang dan malam). 10. Banyak hadits-hadits yang menerangkan tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka maka jelaslah bahwa hal itu terjadi dari matahari bukan dari bumi. Boleh jadi disana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup. Wallahu Muwaffiq. Dinukil dari: Majmu Fatawa Arkanil Islam, soal no: 16. ----------------- = think Islam , think Globally , think Reality = |
trouver_99 ![]() ![]() |
![]()
Isu Wahabi: Siapa Mereka dan Mengapa Mereka Ditentang?
Fenomena Wahabi merupakan sesuatu yang hangat diperkatakan sama ada di kalangan awam mahupun di kalangan para ilmuan. Adapun penulis, bukanlah dari kalangan ahli ilmu, cuma masih sekadar penuntut ilmu Islam buat masa ini. Apa yang akan ditulis oleh penulis, kebanyakkannya diambil daripada para ahli ilmu yang sempat ditemui oleh penulis, kerana penulis sedar bahawa, untuk menjadi ahli naqd (ahli ilmu yang layak mengukur betul atau salahnya sesuatu dalam agama, atau ahli kritik), maka penulis bukanlah orangnya bahkan masih belum layak. Penulis yang masih sekadar ahli penuntut ilmu ini sekadar ingin berkongsi penilaian para ulama muktabar dalam isu ini, bagi tujuan kemanfaatan bersama: Isu Wahabi sering dikaitkan dengan suatu golongan yang ekstrim (tasyaddud) dalam urusan agama. Ramai para ilmuan Islam saling mengutarakan persepsi-persepsi masing-masing mengenai golongan tersebut. Siapakah Wahabi? Golongan Wahabi bukanlah suatu golongan yang berdaftar di bawah sesuatu pertubuhan atau yang membawa kad pengenalan yang mengatakan diri mereka adalah wahabi dan sebagainya. Golongan Wahabi juga bukanlah suatu yang berkaitan dengan mereka yang mengaku wahabi atau tidak. Tetapi, realitinya, wahabi ini merupakan suatu penggunaan kata yang abstrak dan subjektif, dalam penggunaan masyarakat, sama ada di kalangan awam ataupun di kalangan para ilmuan. Sememangnya, dari takrif kertas (penyelidikan berbentuk akedemik), Wahabi selalunya merujuk kepada golongan yang mendokong pemikiran Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab. Tetapi, dari sudut realitinya, penggunaan istilah Wahabi bukan sahaja terbatas kepada golongan yang mendokong pemikiran Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab semata-mata, bahkan ianya sering dikaitkan dengan mereka yang terlalu keras dalam menghukum sesuatu dalam urusan agama, dan terlalu sempit kaedah menggali hukum mereka, dalam perbendaharaan syariat Islam yang murni. Bahkan, ada sesetengah golongan yang turut dikaitkan dengan bersikap keras (tasyaddud) dalam masalah aqidah, terutamanya dalam membincangkan tentang sifat-sifat mutasyabihat (kesamaran) Allah s.w.t. yang termaktub dalam wahyu Ilahi s.w.t. Namun, pada hari ini, didapati bahawa, hatta kebanyakkan dari kalangan pendokong pemikiran dan manhaj Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab sendiri tidak mengaku sebagai Wahabi, bahkan tidak mengiktiraf istilah tersebut juga, apatah lagi untuk menisbahkan diri mereka kepadanya, atau dinisbahkan kepada istilah tersebut. Bagi mereka, mereka bukanlah sekadar penyokong dan pendokong pemikiran Sheikh Muhammad Abdul Wahab (Wahabi) semata-mata, bahkan mereka merupakan pendokong pemikiran dan manhaj salafus soleh. Oleh itu, mereka bukanlah sekadar Wahabi, tetapi mereka adalah Salafi, menurut mereka. Dari Wahabi Ke Salafi Sepertimana yang dibincangkan sebelum ini, Salafi atau Wahabi bukanlah berkaitan dengan suatu golongan yang berdaftar sebagai ahli, atau merujuk kepada golongan yang memperjuangkan seseorang tokoh semata-mata dan sebagainya, tetapi ianya lebih merujuk kepada suatu pemikiran, yang mana, jika seseorang berfikir sedemikian, dia akan dikatakan sebagai Wahabi atau Salafi. Hatta, ada di kalangan mereka yang mengaku bebas dalam berijtihad sekalipun, takkala mempunyai pemikiran yang dikatakan terlalu keras dalam menghukum (tasyaddud), dan terlalu sempit kaedah ijtihad mereka, dan sebagainya, turut dilebel sebagai golongan Wahabi atau salafi. Ada juga yang mengaku Salafi, tetapi tidak mengaku Wahabi kerana mereka mendakwa, mereka mendokong manhaj pemikiran salaf, bukan sekadar mendokong pemikiran Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab walaupun, dalam masa yang sama, mereka menyokong Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab dan golongan Wahabi, kerana, menurut mereka, golongan Wahabi juga mempunyai manhaj yang sama dengan mereka, iaitu mendokong manhaj salafus soleh. Mengaku atau tidak, dilabel sebagai Wahabi atau tidak, atau sekadar mengaku salafi, bukan Wahabi, dan sebagainya, itu bukan suatu masalah yang besar, bahkan bukan bukanlah suatu masalah sekalipun. Apa yang penting, apa yang sebenarnya ditentang oleh golongan yang dikatakan kontra-Wahabi bukanlah mereka yang bernama Wahabi, atau mengaku Salafi Wahabi, tetapi apa yang mereka tentang adalah, fahaman Salafi Wahabi tersebut itu sendiri, seperti yang disebutkan sebelum ini, dan akan dijelaskan selepas ini, insya Allah. Seperti yang dibincangkan sebelum ini, makna perkataan Wahabi Salafi dari sudut realitinya, atau secara umumnya, sering merujuk kepada sebuah kaedeh berfikir yang terlalu keras (tasyadud) atau tertutup/statik (jumud), sama ada dalam masalah aqidah mahupun dalam masalah fiqh. Kalau anda merasakan atau mengaku salafi kerana mengaku sebagai pembela salafus soleh, namun tidak bersifat dengan sifat-sifat berkenaan, maka anda bukanlah sasaran tentangan golongan anti-Wahabi (yang merupakan golongan majoriti umat Islam sehingga hari ini, khususnya di kalangan para ulama Islam), selagimana anda tidak bersikap menyalahkan semua orang yang tidak sependapat dengannya dalam masalah furu dan ijtihadi. Salafus soleh: Orang-orang Islam yang hidup dalam lingkungan masa dari abad pertama hijrah, sehinggalah abad ketiga hijrah Furu: malasah-masalah cabang, bukan masalah-masalah dasar atau utama Masalah ijtihadi: Ia merujuk kepada permasalahan-permasalahan yang dibincangkan, yang mana, sumber perbincangan tersebut adalah dari nas-nas (dalil) yang tidak jelas maknanya (dzonni ad-dilalah) dan sebagainya *bersambung ----------------- = think Islam , think Globally , think Reality = |
Mulya ![]() |
![]()
Pada 06-02-09 00:54 , trouver_99 posting:
!!! QUOTE !!! ooo ye ke wahabi tak sesat....sapa tolak pendapat matahari mengelilingi bumi makanya ia menolak pendapat Al-Quran.jadi sesat terus dari Islam dan masuk neraka pasal menolak ayat Al-Quran.tak sesat sungguh wahabi ni rupanya.....dah macam pendapat kristian zaman gelap dulu...... فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَآ أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ (78) سورة الأنعام. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata:Inilah Rabku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata:Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (QS. Al-Anam: 78). perhatikan..:Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit.."melihat". inikan penglihatan..memang kita melihat matahari bergerak...inikan penglihatan.. فَإِنَّ اللّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ (258) سورة البقرة. sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia (matahari) dari barat (QS. Al-Baqoroh: 258). ALLAH yang mengatakan ayat diatas..apakah anda akan mengatakan ALLAH salah..??matahari terbit..?? xbermakna sesat orang yang tak sama pemahamannya dengan kita..dan xbermakna kita ni betul dengan pemahaman kita ni.. wallahu'am... ----------------- ya allah terimalah hidup matiku untukmu.."ya allah..izinkanlah aku mati untukMU..hamba mohon dengan sangat ya allah.."kuatkanlah aku dan berikanlah kesabaran |
Mulya ![]() |
![]()
yang menamakan mereka dengan "wahabi"..sebenarnya bukan dari mereka..ini berasal dari orang2 yang tak suka dengan wahabi...kenapa pula di nisbahkan kepada wahab..kalau nak di nisbahkan,yang betul tu ialah muhammadiyah..sebab nama yang membawanya ialah muhammad bin abdul wahhab...
kalau kita nak tau orang salah or tak...jangan dengar or tau dari perkataan orang lain..cari perkataan yang telah diucapkan oleh orang tersebut.. kita tak boleh mengatakan seseorang tu sesat sebab ada orang yang kata dia sesat sedangkn kita tak tahu tentang orang tu.. |
ikhwan_islam ![]() ![]() |
![]()
untuk mengetahui salah or tak..,cara terbaik untuk mengetahui fakta yang sebenarnya adalah dengan melihat kepada
yang bersangkutan(muhammad bin abdulwahhab), kemudian mengambil informasi langsung dari apa yang telah disampaikannya. |
trouver_99 ![]() ![]() |
![]() !!! QUOTE !!! Dhohir dalil-dalil syarI menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah yang menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam dipermukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhohir dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk mentakwilkan dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut Kenapa tinggalkan ayat yang ni?bila dah salah pandai pula buat turn back pusing manusia lemah buat salah apa semua.dah tafsirkan ayat Al-Quran sesuka hati kemudian bila tak kena pandai pula buat pusing putar belit manusia banyak salah.syiah,muktazilah,murjiah,jabariah dan qadariah serta khawarij pun ikut Al-Quran juga,Kenapa diperangi?termasuk lah juga liberal.. !!! QUOTE !!! perhatikan..:Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit.."melihat". ayat yang mula dibicarakan ialah matahari berputar mengelilingi bumi bukannya matahari terbit.jangan nak buat pusing tunggang terbalik dengan ayat matahari terbit pula dan jangan nak buat fitnah dengan mengatakan saya menyatakan Allah berbuat salah.Maha suci Allah dari sebarang kesilapan. sambungan Ramai di kalangan masyarakat, awamnya mahupun ahli ilmunya, berkemungkinan, terkeliru tentang pertembungan Wahabi dengan golongan kontra terhadap mereka. Mereka yang terkeliru mengatakan: Mengapa perlu bersungguh-sungguh dalam menentang Wahabi? Golongan yang bertanya dan saling bertanya tentang persoalan yang sebegitu sebenarnya tidak mendapat gambaran yang sempurna tentang pertentangan dan pertembungan tersebut. Gambaran Pertama: Golongan ilmuan yang menolak dan menentang golongan yang dikatakan sebagai Salafi atau Wahabi, menentang mereka (Salafi Wahabi), bukan kerana nama mereka Wahabi atau Salafi, tetapi kerana mereka menentang pemikiran dan Wahabisme tersebut yang mengandungi unsu-unsur seperti tasyaddud, jumud dan sebagainya yang menjuruskan kepada perpecahan dalam umat Islam. Seperti yang dijelaskan sebelum ini, penggunaan istilah Wahabi bukanlah semata-mata merujuk kepada seseorang, tetapi penggunaannya lebih luas dari itu. Wahabi menurut mereka yang menentangnya adalah merujuk kepada suatu golongan yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga ciri tersebut yang mampu menghancurkan kesatuan umat Islam iaitu: - Tasyaddud (terlalu keras) dalam menghukum, dengan bersikap mudah membidahkan sesuatu perkara ijtihadi dalam urusan Islam, sehingga membawa kepada takfir (mengkafirkan sesama Islam) secara sewenang-wenangnya. - Jumud (statik) dan sempit dalam kaedah menggali hukum, sehingga membuat suatu kaedah hukum yang amat sempit iaitu, apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah s.a.w., maka ia adalah hujah kepada haramnya, atau bidahnya perkara tersebut sedangkan kaedah tersebut menyempitkan mafhum ijtihad dalam masalah istinbat hukum. - Taasub (fanatik) kepada sesuatu aliran pemikiran atau metodologi pemikiran, sehingga membawa kepada sikap menyalahkan mereka yang tidak sependapat dengan mereka, sehingga ada yang sampai menyesatkan mereka yang tidak sependapat dengannya, hatta dalam masalah ijtihad fiqhiyah yang merupakan ruang khilaf (perselisihan) pendapat di kalangan para ulama, zaman berzaman. Tiga sikap ini merupakan sikap-sikap yang menyebabkan umat Islam berpecah-belah, kerana menafikan adab ikhtilaf (adab berselisih pendapat) sehingga menyebabkan umat Islam saling kafir-mengkafirkan antara satu sama lain. Sikap-sikap inilah yang ditentang oleh golongan yang dikatakan penentang-Wahabi (anti-Wahabi), yang mana, sikap-sikap tersebut wujud dalam kebanyakkan mereka yang mengaku Salafi dan Wahabi khususnya di tanah Hijaz dan sebagainya. Adapun mereka yang mengaku memperjuangkan manhaj salafus soleh atau mendakwa salafi, namun tidak bersikap dengan tiga sikap yang disebutkan, maka mereka bukanlah sasaran penentangan anti-Wahabi, bahkan, pada hakikatnya, golongan anti-Wahabi tersebut juga adalah pendokong manhaj salafus soleh, cuma tidaklah mendakwa diri mereka sebagai salafi, kerana bagi mereka, tiada ertinya menisbahkan diri mereka dengan nama salafi, kerana hakikatnya, salafi bukanlah suatu nama yang merujuk kepada suatu bentuk pemikiran atau suatu mazhab, namun ianya sekadar merujuk kepada tempoh zaman yang pernah dilalui oleh umat Islam (iaitu tiga kurun awal tahun hijrah dalam umat Islam). Gambaran Kedua: Tidak dapat dinafikan, ada di kalangan golongan penuntut ilmu, yang masih belum matang dalam dunia keilmuan Islam, cepat terpegun dengan sesuatu manhaj pemikiran yang baru didapatinya. Lantas, kononnya sebagai suatu anjakan paradigma, mereka segera berpegang dengan kaedah pemikiran tersebut, dek sikap tergopoh-gopoh dalam menilai sesuatu. Antara manhaj pemikiran baru yang menarik minat sesetengah golongan penuntut ilmu yang belum matang tersebut ialah, pemikiran Wahabi yang dibincangkan sebelum ini. Ini kerana, Wahabisme (dari sudut istilah akedemik) seolah-olah nampak sebagai suatu pemikiran yang membawa kepada tajdid dan islah mentaliti masyarakat Islam umumnya, di samping mengembalikan kemurnian aqidah umat Islam (yang kononnya sebelum ini sudah tersasar dari kefahaman aqidah Islam yang sebenar). Pada persepsi mereka, Wahabisme membawa kepada: - Kesatuan Pemikiran: kerana menolak perselisihan pendapat dalam bidang agama Islam. - Pemurnian Aqidah: kerana menolak ajaran-ajaran yang dianggap membawa kepada syirik (walaupun pada hakikatnya, ajaran-ajaran tersebut memang ada dalam Islam dan tidak membawa kepada syirik). - Tajdid (pembaharuan) Umat Islam: kerana ia menegah taqlid dan menggalakkan ijtihad, yang kononnya membuka minda masyarakat umat Islam. Persepsi-persepsi mereka sebenarnya salah kerana, Wahabisme bukanlah membawa ketiga-tiga tersebut, tetapi membawa ketiga-tiga unsur yang telah diperkatakan sebelum ini (Tasyaddud, Jumud dan Taasub), yang disembunyikan di sebalik tiga slogan zahir yang terdapat pada persepsi mereka tersebut iaitu: Tauhidul Fikrah (Kesatuan Pemikiran), Pemurnian Aqidah dan Tajdid. Golongan penuntut yang terkeliru, boleh jadi terkeliru kerana kegagalan mereka memahami bahawa, Islam ini dirosakkan oleh dua perkara iaitu: berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu sehingga akhirnya merosakkannya dan berlebih-lebihan dalam menolak sesuatu sehingga akhirnya merugikan diri sendiri. Jalan tajdid bukanlah dengan berlebih-lebihan, tetapi dengan mengembalikan umat Islam kepada kesederhanaan (Itidal) dan pertengahan (wasathiyah), yang merupakan sifat semulajadi (fitrah) umat Islam, khususnya dari sudut ajarannya. Apabila kita meletakkan Wahabisme (dengan makna penggunaan istilahnya yang meluas), dalam neraca Itidal (kesederhanaan dan pertengahan) Islam, kita dapati bahawa, ianya bukanlah suatu pola pemikiran yang sederhana, yang diperlukan untuk tajdid (pembaikian umat Islam), tetapi lebih membawa kepada tafsid (memusnahkan umat Islam). Jika kita menyelami slogan pertama Wahabisme, yang menyeru kepada kesatuan pemikiran, kita bersetuju bahawa, umat Islam harus bersatu, tetapi adakah kesatuan pemikiran dalam segenap aspek merupakan suatu agenda praktikal? Kita dapati, dalam sumber syariat Islam sendiripun (Al-Quran dan As-Sunnah), terdapat dua bahagian iaitu, qotie (jelas atau putus) dan zhonni (kesamaran atau tidak jelas). Adapun Qotie terbahagi kepada dua iaitu: Qotie At-Thubut: Sesuatu dalil yang jelas dan putus bahawa ianya dari Allah s.w.t. Rasulullah s.a.w. seperti Al-Quran dan Hadis Mutawatir. Qotie Ad-Dilalah: Sesuatu dalil yang jelas dan putus makna nash (lafaz wahyu) tersebut kerana ianya tidak berkemungkinan membawa kepada makna-makna lain dalam kaedah bahasa arab dan sebagainya. Begitu juga tentang Dzonni, di mana ia turut terbahagi kepada dua iaitu: Dzonni At-Thubut: Kesamaran dalam menisbahkan sesuatu dalil atau nash tersebut kepada Allah s.w.t. dan Rasul-Nya s.a.w. seperti Hadis Ahad (perawinya tidak melebihi tiga orang dalam satu masa). Dzonni Ad-Dilalah: Kesamaran makna sesuatu ayat atau lafaz zahir nash tersebut, menurut kaedah bahasa Arab dan sebagainya. Sesetengah paara ulama menjelaskan bahwa, 70% daripada sumber hukum Islam bersifat dzonni (tidak jelas). Oleh yang demikian, para ulama berselisih pendapat dalam menggali hukum dari sumber-sumber hukum tersebut, kerana kesamarannya. Oleh yang demikian, kaedah usul fiqh (asas menggali hukum fiqh) menjelaskan bahawa, dalam menistinbath (menggali) hukum melalui dalil-dalil yang zhonni (yang merupakan 70% daripada Al-Quran dan As-Sunnah), maka dibolehkan berijtihad bagi ahli ijtihad yang sudah cukup dalam ilmu alat untuk berijtihad. Jadi, ada banyak sebab mengapa para ulama berselisih pendapat dalam masalah zhonni, antaranya kerana perbezaab kaedah pemikiran mereka sendiri, antara satu sama lain. Oleh yang demikian, perselisihan pendapat memang tidak dapat dielakkan terutamanya dalam masalah fiqh yang furu yang berkaitan dengan dalil-dalil zhonni. Jadi, untuk menyatukan pemikiran dan mazhab dalam seluruh urusan agama tidak praktikal, bahkan sikap berlebihan dalam memaksa umat Islam bersatu dalam satu-satu pendapat dan mazhab lebih mengundang kepada bencana yang lebih besar iaitu: taasub (fanatik) dan saling menyalahkan antara satu sama lain. Dalam berhadapan dengan realiti perselisihan pendapat yang berlaku dalam umat Islam, bukan dengan cara memaksa mereka bersatu dalam pemikiran (yang merupakan agenda tidak praktikal), tetapi menerapkan nilai-nilai adab ikhtilaf (adab dan tatakarma dalam perselisihan pendapat), iaitu menghormati pendapat orang lain, dan tidak mengingkari golongan yang tidak sependapat dengan kita, dalam masalah khilaf (yang diperselisih ulama mengenainya), selagimana ia tidak bercanggah dengan prinsip-prinsip usul Islam yang murni, sepertimana yang sangat ditekankan oleh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi sendiri (yang menjadi ulama kesayangan sesetengah golongan yang mengaku salafi di Malaysia, padahal beliau sendiri menafikan diri sebagai salafi). Adapun slogan kedua, tentang pemurnian aqidah yang dikatakan, cuba dilakukan oleh mereka yang mendokong gagasan pemikiran Wahabisme, maka ianya perlu dinilai semula. Niat yang baik untuk memurnikan aqidah umat Islam adalah suatu perkara yang dituntut dalam Islam. Tidak dapat dinafikan, ada segelintir dari masyarakat Islam yang tergelincir dari aqidah Islam yang murni, seperti memuja jin, di samping meminta tolong dari mereka dengan cara sihir, dan sebagainya, maka ianya perlu dibersihkan, kerana ilmu-ilmu kebomohan itu sendiri dilarang oleh Islam kerana akan membawa kepada syirik. Adapun golongan Wahabi (kebanyakkannya), bukan sekadar menolak perkara-perkara yang bertentangan dengan syariat, tetapi menolak perkara-perkara yang mempunyai dasarnya dalam Islam, yang mana ianya, sekurang-kurangnya merupakan perkara-perkara yang khilafiyah (yang diperselisih ulama mengenainya), atas nama pemurnian aqidah. Ada yang sanggup mengharamkan ziarah kubur para wali, mengharamkan tawassul, mengharamkan maulid Nabi s.a.w., bahkan ada yang sampai menghukum kafir dan syirik bagi pelaku-pelaku perkara-perkara tersebut. Ada di kalangan mereka yang mengkafirkan dan memfasiqkan mereka yang mengerjakan solat di masjid yang berhampiran dengan kubur, menuduh orang yang bertawassul dengan si mati sebagai penyembah kubur, menuduh orang yang menyambut maulid Nabi s.a.w., mengangkat Nabi s.a.w. sepertimana orang-orang Nasrani, takkala menyembah Nabi Isa a.s. dan sebagainya. Kalau di Malaysia tidak kelihatan sikap tuduh-menuduh ini, menurut anda, tetapi di negara-negara arab khususnya Arab Saudi, ianya merupakan suatu perkara yang hebat diketengahkan oleh pengaku-pengaku Salafi (baca: Wahabi, menurut penentang mereka). Fenomena ini bukan sahaja merupakan suatu usaha mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah s.w.t. seperti ziarah kubur, atau bukan sahaja bersikap tasyaddud (keras) dan jumud dalam masalah yang perselisihan pendapat mengenainya dalam medan ilmiah, seperti masalah tawassul, tetapi ianya sudah membawa kepada saling tuduh-menuduh dan mengkafirkan umat Islam yang tidak sehaluan dengan mereka. Ketahuilah wahai penuntut ilmu yang terpegun dengan Wahabi dan Wahabisme, atau golongan salafi moden ini bahawa, agenda mereka lebih menjurus kepada kerosakan syakhsiyah umat Islam dari memurnikan aqidah mereka. Contohnya, semata-mata kerana Suuk Az-Zhon (buruk sangka) terhadap penziarah kubur dari kalangan umat Islam, dengan menyangka mereka menyembah kubur takkala memuliakan si mati, ada di kalangan mereka (Wahabi) sanggup mengharamkan suatu ajaran yang mempunyai sandaran dalam Islam seperti ziarah kubur, khususnya para wali, dengan alasan untuk mencegah syirik. Adakah dari prasangka, boleh menghukum seseorang itu syirik? Adakah matlamat menghalalkan cara? Adakah kaedah sad az-zaroik (mencegah mudorat) dalam masalah ini releven takkala kaedah persepsi mereka dalam melihat kemudaratan itu cuma dari prasangka? Kata mufti Mesir, Sheikh Dr. Ali Jumah: kalau ada segelintir orang yang sembah kubur, bukan syariat ziarah kubur itu menjadi masalahnya. Masalahnya pada kefahaman orang tersebut. Kalau dia memang menyembah si mati, kubur tidak ada pun, dia akan sembah si mati, seperti orang Nasrani. Jadi, yang perlu dibetulkan ialah aqidah umat Islam, dalam proses pembelajaran dan tarbiah, bukan mengharamkan ziarah kubur dan sebagainya. Logikkah takkala seseorang muslim yang bertawaf di kaabah, dia menyangka bahawa, kaabah itulah tuhannya, tindakan yang perlu diambil ialah memusnahkan kaabah tersebut Atau, menjelaskan kepada orang tersebut, siapakah Tuhan sebenar? Jadi, penyelesaian di sini, juga penyelesaian untuk masalah sebelum ini (ziarah kubur) Oleh itu, agenda mengetengahkan konsep menutup pintu syirik dengan mengharamkan perkara-perkara yang ada sandarannya dalam Islam, seperti tawassul, ziarah kubur (hatta kubur para wali) dan sebagainya, merupakan suatu perkara yang membawa kepada pecah belah dan buruk sangka sesama Islam. Selagimana perkara-perkara tersebut diperselisihkan oleh para ulama dan yang mendokongnya mempunyai dalil dari sumber Islam, maka tidak boleh mengingkarinya, apatah lagi mengkafirkan pelakunya dan membidahkannya. Adapun slogan zahir ketiga dalam gagasan Wahabisme, ialah tajdid umat Islam, dengan kedua-dua agenda sebelum ini, maka jelaslah ianya tidak praktikal. Kedua-dua agenda yang dilakukan oleh golongan Wahabi atau pengaku salafi moden (dalam terminologi yang kita maksudkan sebelum ini), bukan membawa kepada pemurnian dan pembaharuan umat Islam, tetapi secara praktikalnya, ia membawa kepada kemelut perpecahan yang amat bahaya bagi umat Islam iaitu, perpecahan, saling kafir-mengkafirkan dan saling bidah membidahkan. Adapun agenda untuk menggalakkan semua masyarakat berijtihad khususnya dalam masalah fiqh islami, merupakan suatu perkara yang amat menyulitkan masyarakat dan membahayakan mereka. Ia menyulitkan kerana, untuk berijtihad, seseorang perlu menguasai pelbagai bidang ilmu termasuklah ilmu bahasa Arab, ilmu usu; fiqh, menghafal Al-Quran dan hadis dan sebagainya, yang merupakan suatu bebanan buat sesetengah masyarakat awa. Bahkan, sejak zaman para sahabat lagi, ada di kalangan mereka yang berijtihad dan ada di kalangan mereka yang bertaklid, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Al-Buti dalam bukunya Al-LaMazhabiyah (Golongan yang Tiada Mazhab). Oleh itu, mengharamkan taqlid kepada para imam mujtahid yang empat nan muktabar seperti Imam Abu Hanifah, Al-Maliki, As-Syafie, Ahmad bin Hambal .a., merupakan suatu bebanan dan bahkan merosakkan institusi fiqh islami itu sendiri. Ia membebankan kerana bukan semua orang muslim boleh berijtihad kerana tidak mampu menguasai pelbagai bidang ilmu alat untuk berijtihad, di samping merosakkan syariat itu sendiri, kerana orang-orang awam yang tidak ada kepakaran berijtihad, akan lebih mengukur syariat tersebut sesuai dengan hawa nafsu mereka. Oleh yang demikian, ketiga-tiga agenda Wahabi yang utama tersebut merupakan penjurus kepada kepincangan dan perpecahan dalam umat Islam kerana ketiga-tiga ciri pemusnah yang terkandung dalam pola dan metodologi pemikiran mereka iaitu: -Taasub (fanatik puak sendiri) -Jumud (statik dan tertutup) -Tasyaddud (berlebih-lebihan dan bersikap keras) Gambaran ketiga: Istilah Wahabi itu sendiri suatu yang abstrak. Oleh yang demikian, sesetengah golongan ilmuan yang terperangkap dengan kesempitan makna istilah Wahabi dari sudut akedemik, akan lalai daripada memahami makna istilah Wahabi yang digunakan oleh golongan penentang Wahabisme. Seperti yang dijelaskan dalam gambaran pertama sebelum ini, majoriti golongan yang menentang Wahabi bukan kerana namanya Wahabi, atau mereka dinisbahkan kepada Sheikh Muhammad Abdul Wahab, atau kerana mereka mengaku Salafi, dan sebagainya, tetapi ianya lebih merujuk kepada tiga sikap yang merosakkan, yang disebutkan sebelum ini, yang dibawa dalam arus pemikiran kebanyakkan golongan yang mengaku pendokong Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab (Wahabi) mahupun yang mengaku sebagai salafi. Golongan yang terkeliru ini kadangkala sering meremehkan penentang-penentang Wahabi kerana pada mereka, golongan Wahabi tidak lain melainkan suatu mazhab dalam Islam juga. Bahkan, lebih dari itu, ada golongan yang kagum dengan kesungguhan dirinya dalam melakukan penyelidikan ilmiah, seolah-olah merasakan diri mereka sudah cukup memahami kebenaran dengan penyelidikan yang banyak, tidak senang dengan penentang-penentang Wahabi dan menuduh penentang-penentang Wahabi berburuk sangka dengan pendokong-pendokong Sheikh Muhammad Abdul Wahab dan berburuk sangka terhadap Sheikh Muhammad Abdul Wahab itu sendiri. Oleh itu, mereka tampil membela Wahabi, dan Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, dengan bercakap tentang fakta-fakta yang tersurat, dan menjelaskan siapakah Wahabi sebenarnya kepada penentang-penentang Wahabi, seolah-olah golongan yang menentang Wahabi tersebut tidak mengenali siapakah Wahabi yang mereka tentangi selama ini. Ada di kalangan mereka yang mengetengahkan kebaikan-kebaikan Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, dan kelayakkannya untuk bergelar mujaddid di zamannya, bagi menolak penentang-penentang Wahabi yang seolah-olah menentang suatu manusia yang sempurna, tiada kesilapan langsung. Golongan ini, mencelah antara pertembungan anti-Wahabi dengan Wahabi seolah-olah ingin menjadi pendamai antara keduanya, padahal lebih mengelirukan mereka yang sedang keliru, termasuk diri mereka sendiri. Bukankah dalam gambaran pertama tadi, kita sudah jelaskan, penentangan-penentangan mereka yang mengaku menentang Wahabi, sasaran mereka adalah Wahabi dalam istilah kefahaman mereka, iaitu mereka yang mendokong tiga sikap merosakkan masyarakat tersebut, yang mana mereka mengaku salafi atau wahabi dalam menyebarkan agenda mereka dan mempraktikkannya dalam masyarakat Islam. Hakikatnya, penentangan terhapda golongan Wahabi tidak akan terhenti selagi mereka tidak meninggalkan tiga sikap yang memecahkan umat tersebut. Adapun semata-mata menisbahkan diri kepada salaf, atau menisbahkan diri kepada Sheikh Muhammad Abdul Wahab, bukanlah saasaran mereka yang mengaku menentang Wahabi selagi mereka tidak bersikap dengan tiga sikap berkenaan, yang menjadi sikap kebanyakkan yang mengaku pengikut Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab dan pengaku salafi di era moden ini. Tetapi, timbul persoalan, Kenapa mereka yang menisbahkan diri kepada Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab seoalah-olah terbahagi kepada dua, ada yang bersikap dengan tiga sikap pemusnah umat Islam tersebut, dan ada yang tidak bersikap dengan tiga sikap tersebut? Mafhum: Kefahaman tentang sesuatu Istinbat: Pengalian atau pengeluaran hokum dari sumber-sumber Islam, seperti Al-Quran, As-Sunnah, Ijmak, Qiyas dan sebagainya.Masalah yang mana, para ulama berijtihad mengenainya. Tajdid: Pembaharuan Islah: Pembersihan atau pemurnian dan pembaikpulihan Taqlid: Mengikut sesuatu Mazhab seseorang ulama Mujtahid dalam bidang fiqh, aqidah dan sebagainya Ikhtilaf: Berselisih pendapat peribadi bersambung ----------------- = think Islam , think Globally , think Reality = |
swordofdeen ![]() ![]() |
![]()
Pada 05-02-09 15:03 , Mulya posting:
!!! QUOTE !!! perlu kita ketahui bahwa MAZHAB BUKAN ALIRAN PEMAHAMAN AGAMA... Silap tu. Mazhab - Pengikutan. Dalam fiqh ada mazhabnya..hatta dalam akidah juga ada 'mazhabnya', tetapi khilaf dalam mazhab tidak diterima. Mahzab yang empat: maliki, hanbali, syafi'e dan ahmad adalah dalam bidang fiqh. Khilaf dalam mazhab fiqh yang empat hanya dalam benda-benda furu'iyyah, benda-benda cabang, benda-benda kecik yang tak sampai 30%. Saya tak nak komen apa-apa lagi pasal topik ini (yet), tapi saya just nak cakap kat afina, ada satu golongan tu yang suka mentakfr golongan Islam lain dalam khilaf2 yang kecil (furu'iyyah). MEreka mentakfir orang hanya kerana orang tu baca qunut subuh, berdoa selepas solat, berzikir secara ramai, membaca surah khusus pada malam jumaat (tak semestinya yasiin), menghalau orang yang berbuat sedemikian dari masjid (saya sendiri alami), menghukum orang lain kufur hanya kerana tak menerima pandangan ulama mereka (yang mereka akan ulang nama ulama2 ini sahaja, tak ada ulama lain walhal mereka ngaku ikut sunnah nabi, tapi tak ada lah pula) dan sebagainya. Bagi saya golongan ini yang kena kita jaga. Ada juga golongan ini yang baik, saya tak nafikan. yang boleh bertasamuh, boleh berbincang secara elok. Dan mengenai gologan itu juga mereka selalu sandarkan hujjah mereka kepada seorang individu yang mereka sanjung sebagai mujaddid, muhaddith dan syeikhul islam. Saya tak nak ulas pasal individu tu sebab saya tak kenal dia. Dan mungkin namanya digunakn secara salah oleh golongan tersebut; sengaja guna nama orang itu untuk disandarkan. Jadi, abaikan individu yang disandarkan itu sementara; perbuatan golongan itu mentakfir sesama islam dalam perkara khilaf, afina rasa boleh diterima tak? boleh dipakai ke tidak? Patut ke? gaduh ebab pakai tasbih sampai kata yang pakai tasbih tu keluar islam dan masuk neraka? Jawapan:_________ Oh ya, Kalau ada sesiapa yang rasa saya kata kat mereka, saya tak kata sesiapa. yang makan cili saja akan rasa pedasnya, tak begitu? ![]() |
sirat82 ![]() ![]() |
![]()
ini antara link yang dah bincang (atau bergaduh / debat) secara panjang lebar.
link 1 ----------------- Wahai orang2 beriman, berselawatlah ke atas nabi muhammad.... Arahan hanya kepada orang yang beriman |
Mulya ![]() |
![]()
Pada 07-02-09 19:50 , trouver_99 posting:
!!! QUOTE !!!
tapi yang saya sampaikan itu "Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit." -adalah ayat ALLAH yang tidak diubah... tanpa tambahan pandangan manusia... yang pertama or tak yang menyatakan bumi mengelilingi matahari..,ayat yang saya sampaikan diatas tetaplah ayat yang benar yang datangnya dari ALLAH... WALLAHU'ALAM... ----------------- ya allah terimalah hidup matiku untukmu.."ya allah..izinkanlah aku mati untukMU..hamba mohon dengan sangat ya allah.."kuatkanlah aku dan berikanlah kesabaran |
Mulya ![]() |
![]()
Sahabat trouver_99..tolong baca betul-betul artikel yang saya sampaikan..tuduhan2 yang anda sampaikan ada didalamnya yang diambil dari perkataan muhammad bin abdul wahhab..bukan perkataan orang lain..baca perlahan-lahan..syukran..itu penting..
|
hyekal ![]() ![]() |
![]() ![]() apa ni kawan-kawan.. dunia tengah sibuk dengan berjuta2 masalah ummat islam ditindas. kita duduk sini bertelagah tentang para ulama? sudah2lah membincangkn perkara yang silap haribulan boleh jadi gaduh besar. fikirkanlah maslahah ummah yang beribu kali ganda besarnya dari duduk telagah benda yang entah kali keberapa diulang. untuk rekod: Rasulullah diutuskan untuk ummah. saat wafatnya, ummati3.. Imam syafie menulis kitab kerana fikirkan ummah. Imam Malik menulis kitab demi ummahnya. Imam Hanbal, Imam Hanafi, Ibnu Taimiyah,Muhamad Abdul Wahab, mereka-mereka ini menulis atas dasaar mereka ingin membimbing ummah. Jika mereka salah dalam ijtihad, mereka tetap mendapat pahala usaha jihad. Jika mereka benar dalam ijtihad, mereka mendapat pahala yang dua kali ganda. KITA duduk sini berijtihad tentang kesesatan dan kesalahan orang? kalau dia sesat,maka segala ilmunya yang sesat kita buang, tetapi yang baik, Kita buang? Bukan saya ingin tutup perbincangan ni, tapi kan ada benda lain yang boleh kita bincangkn di sini? atau perbincangan yang belum dilunaskn lagi. Kalau nak duduk ber'munazarah' lagi.. teruskan.. Tetapi ingat.. "Jika Allah menginginkan manusia di dalam kerosakan, Dijadikan mereka selalu berjidal,dan dilarang mereka dari beramal" -Imam Al-Auza'ie- Berbijaklah! Wallahua'lam. |
Mulya ![]() |
![]()
yang pasti..selama mereka masih menyembah ALLAH dan mengakui Muhammad rasulullah dan tiada rasul setelahnya..mengakui alqur'an dan sunnah sebagai petunjuk..,mereka itulah saudara kita...satu kesalahan jika kita membencinya...
perpecahan dalam umat islam adalah haram...mari kita bersatu..walau pemahaman kita berbeza..tujuan kita tetap satu.. |
Anak_Pejuang ![]() ![]() |
![]()
saya menyokong pernyataan mulya sekiranya itulah yang hendak dibawakan oleh mereka yang menobatkan dirinya sebagai pengikut salaf. Iaitu kesatuan dan bukan perpecahan.
Tetapi yang jelasnya yang saya nampak adlaah ada antara mereka ini yang lebih mengutamakan isu ranting. Dan lebih jauh dari itu suka menghukum sesat kepada ulamak yang muktabar bahkan kepada jemaah Islam. Dan yang lebih merbahaya sehingga membawa aqidah tajsim. Bukan membenci diri mereka tetapi Membenci perbuatan dan sikap mereka. Jika taknak disebut wahhabi, tentu hendak disebut salafi (tetapi salaf pun tak bersikap macam golongan yang mengaku salafi ini). Realitinya yang dilihat begitulah. Dan banyak syarikat penerbitan telah menerbitkan buku-buku dari kalangan mereka ini seperti Jahabersa, Karangkraf, Majalah i. !!! QUOTE !!! saudara/i; menamakan mereka dengan "wahabi"..sebenarnya bukan dari mereka..ini berasal dari orang2 yang tak suka dengan wahabi...Kenapa pula di nisbahkan kepada wahab..kalau nak di nisbahkan,yang betul tu ialah muhammadiyah..sebab nama yang membawanya ialah muhammad bin abdul wahhab... istilah wahhabi dipakai sendiri oleh golongan wahhabi ini sendiri. Kerana ada sebuah buku yang dikarang oleh mereka yang bertajuk : Al HUjjatussaniyah buat Tuhfatul Wahabiyah pada tahun 1344 Hijrah. Cuba anda kaji balik tentang fahaman muktazilah, jabariyah, mengapa tidak dinisbahkan kepada pemilik asal yang mengasaskannya? Begitu juga anti hadith di Malaysia seperti kasim ahmad? |
Mulya ![]() |
![]()
sahabat...
awal nama wahabi tu bukan dari mereka..setelah mereka disebut dengan wahabi..lama kelamaan barulah mereka menyebut dirinya wahabi...sebulmya mereka adalah salafi.. macam nama awak juga..awalnya ayah yang bagikan..lama2 awak pun menyebut diri sendiri dengan nama tu kan..?? |
wuzaraa ![]() |
![]()
Tidak sepatutnya kita melabel sesuatu aliran pemikiran itu sesat atau tidak kecuali jelas kesesatannya seperti ayah Pin, Islam liberal, Qadiani.
Kita tidak boleh menyerang Wahhabi kerana ia wahhabi, kita tidak boleh menyerang PAS kerana ia PAS, kita juga tak boleh menyerang HT kerana ia HT. Begitu juga kita tidak boleh bersetuju dengan Salafi, PAS atau HT semata kerana ia jemaah yang kita sokong. Jika itu berlaku, hukum bagi kita adalah taksub assobiyah kepartian. Sepatutnya yang diperjuangkan adalah fikrah Islam yang dibawa. Mana yang Islami kita sokong, mana yang ikhtilaf kita lapang dada mana yang jelas tak syar'ie kita jelaskan ketidakIslaman dan kekufurannya. |
trouver_99 ![]() ![]() |
![]()
betul tu,dunia sibuk suruh boikot yahudi dengan sekutunya tapi kita pula sibuk bincang bab wahabi buat apa.eh.....mufti wahabi mengharamkan boikot barang yahudi?siap suruh berbaik dengan yahudi lagi?betul ke tak betul ni BinBaaz?
Tentang Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab dan Pengikutnya Persoalan yang paling utama, adakah Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab memiliki tiga sikap tersebut sehingga menyebabkan para pengikutnya mewarisi tiga sikap pemusnah tersebut darinya? Kalau benar, mengapa ada yang mengaku Salafi, tidak bersikap dengan tiga sikap pemusnah tersebut? Ada yang menisbahkan tiga sikap tersebut kepada Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, berdasarkan fakta-fakta sejarah, seperti karangan Sheikh Zaini Dahlan (Mufti Mekah) dan karangan saudara Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab sendiri, iaitu Sheikh Sulaiman bin Abdul Wahab sendiri menolak beliau kerana benih tiga sikap yang merosak tersebut ada pada beliau (Muhammad Abdul Wahab). Bahkan, setelah itu, ada juga dari kalangan para ulama yang membongkar sikap takfir Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab seperti dalam buku daiyah, wa laisa nabiyan dan lain-lain. Namun, ada juga yang menolak dakwaan bahawa, sikap taasub dan takfir tersebut dari Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, terutamanya dari kalangan pembelanya yang tidak terjebak dengan tiga sikap pemusnah tersebut (sebahagian kecil dari pengaku Wahabi), dan cuba membersihkan Sheikh Muhammad Abdul Wahab dari sikap tersebut.. Ada juga dari kalangan ulama pertengahan yang tidak terlibat dengan Wahabi, turut membela Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab dari pertuduhan tersebut, antaranya Sheikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dan Sheikh Al-Allamah Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki .a. dalam banyak-banyak karangan mereka. bersambung ----------------- = think Islam , think Globally , think Reality = |
trouver_99 ![]() ![]() |
![]()
Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab dan Takfir (Pengkafiran Sesama Islam)
Namun, menurut Sheikh Hasan bin Farhan Al-Maliki dalam buku beliau daiyah wa laisa nabiyan (Seorang Pendakwah, bukan Seorang Nabi), Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab sememangnya terlibat dalam gejala mengkafirkan kebanyakkan orang-orang Islam khususnya di zamannya, termasuklah para ulama sezaman dengannya. Antara buku beliau (Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab) yang memuatkan pengkafiran beliau terhadap kebanyakkan muslim pada zamannya ialah buku Kasyfu As-Syubhat (Menyingkap Syubhat-syubhat). Dalam buku tersebut memuatkan perkataan-perkataan berbentuk pengkafiran terhadap sesama muslim secara sewenang-wenangnya, sama ada secara jelas mahupun secara kiasan. Oleh yang demikian, sikap takfir (sewenang-wenangnya mengkafirkan) sesama muslim yang dibawa oleh Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab turut diwarisi oleh para pengikut dan pembelanya, sehingga membawa kepada taasub, perpecahan sesama Islam dan sehinggalah ada yang sanggup membunuh sesama muslim kerana takfir tersebut. Oleh yang demikian, kebanyakkan daripada mereka yang mengaku pengikut pemikiran Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab (iaitu Wahabi), sewenang-wenangnya menghukum golongan yang tidak sehaluan dengan mereka sebagai fasiq, pembuat bidah dan ada yang sampai mengkafirkan mereka. Sikap taasub, jumud dan tasyaddud (bersikap keras dalam menolak pihak yang tidak bersetuju dengannya), merupakan hasil semaian dari sikap induknya iaitu, takfir. Pada situasi yang terdesak, golongan tersebut menyembunyikan agenda takfir sesama Islam dalam pelbagai praktik, seperti membidahkan mereka yang tidak sama dengan pendapat golongan tersebut, dan mengingkari perkara-perkara khilafiyah atas nama kebenaran mutlak, seolah-olah, merekalah yang mengetahui kebenaran dalam masalah khilafiyah, takkala para ulama saling berselisih pendapat mengenainya, dan membatalkan hak ijtihad mereka yang tidak selari dengan pendapat golongan tersebut. Adapun golongan yang sibuk membela Wahabi kerana terpengaruh dengan mereka, dan kalau tidak membela Wahabi sekalipun, namun tetap bersikap dengan sikap Wahabi (taasub, jumud dan tasyaddud yang melampaui batas), dan berfahaman seperti fahaman Wahabi (dengan sewenang-wenangnya membidahkan perkara-perkara khilafiyah dan bermati-matian menyalahkan mereka yang tidak sehaluan dengannya), namun tidak mengaku Wahabi, sesungguhnya ketahuilah, mereka mengaku atau tidak, kalau anda berfikir seperti fikiran Wahabi, mereka termasuk dalam sasaran penentangan golongan yang menenolak Wahabi, kerana mereka menolak Wahabi bukan kerana nama, tetapi kerana bahaya pemikiran yang dibawa oleh mereka (golongan Wahabi). Persoalannya, bagaimana tentang segolongan manusia yang mengaku Salafi, tetapi tidak mengaku Wahabi, kerana mereka menganggap diri mereka mengikut salaf, sedangkan selain dari mereka (yang bukan salafi), tidak mengikut manhaj salafus soleh? Mereka mengaku sebagai pembawa atau pembela manhaj salafus soleh, dan turut bersetuju dengan golongan Wahabi dalam pendirian mereka untuk memperjuangkan manhaj salaf di zaman ini, namun tidak bersetuju dengan sikap sesetengah Wahabi yang terjebak dengan sikap taasub, jumud dan melampaui batas sehingga sampai tahap mengkafirkan sesama Islam sewenang-wenangnya. Kalau mereka merasakan diri mereka sedemikian, ketahuilah bahawa, mereka terkeliru. Selain dari Salafi Wahabi, yang tidak terjebak dalam kencah takfir, tidak perlu melaungkan slogan kami Salafi bukan Wahabi, sebagai tanda bahawa dia membawa suatu gelombang baru dalam dunia Islam, yang bukan Wahabi dan bukan pula penentang Wahabi. Mereka adalah Salafi. Kekeliruan utama mereka adalah, pada istilah salafi itu sendiri. Salaf, seperti kata-kata Dr. Al-Buti dalam bukunya As-Salafiyah, bukanlah merujuk kepada suatu corak pemikiran atau mazhab, tetapi ia merujuk kepada suatu tempoh atau peringkat masa yang pernah dilalui oleh umat Islam, iaitu tiga kurun pertama hijrah. Jadi, seseorang yang mengaku salafi pada hari ini, bererti, tidak memahami penggunaan kata Salafi itu sendiri, dalam perbendaharaan kata ilmuan Islam, kerana kata tersebut merujuk kepada tempoh masa sesuatu zaman, bukan merujuk kepada metodologi pemikiran. Kalaulah mereka yang mengaku Salafi pada hari ini, dengan makna, sebagai pembela manhaj salafus soleh, maka apa bezanya dengan golongan yang tidak mengaku salafi pada zaman ini, sedangkan mereka juga berpegang dengan Al-Quran dan As-Sunnah yang sama seperti Al-Quran dan As-Sunnah yang dipegangi oleh para salafus soleh? Dr. Al-Buti pernah menjawab persoalan ini dengan suatu persoalan yang lain iaitu: Bagaimana saya ingin menjadi salafi pada hari ini? Beliau seterusnya menjawab, ada dua jawapan untuk persoalan tersebut, tetapi kedua-duanya adalah tidak masuk akal. Pertama: Mengikuti gaya hidup, adab resam, cara pemakaian dan cara hidup yang sama dengan cara hidup golongan salafus soleh, dari sudut tempat tinggalnya, pemakaiannya dan sebagainya, dan ini suatu yang tidak diterima akal. Ini kerana, mereka dahulu hidup tanpa teknologi yang dinikmati oleh kita hari ini. Takkan kita perlu menghindari kemajuan teknologi yang sedia ada, untuk kembali hidup dengan gaya dan cara hidup golongan salafus soleh dahulu kala, yang menjadikan unta dan kuda sebagai tunggangan dan sebagainya? Jadi, ini bercanggah dengan prinsip-prinsip kemasyaratan dalam Islam sendiri, yang menggalakkan kemajuan sesuatu masyarakat dalam bidang keduniaan juga. Kedua: Mengikuti metodologi ilmiah yang disusun oleh golongan salafus soleh, dan menghadkan kaedah berijtihad dengan lakaran ilmiah yang telah digunakan oleh mereka tanpa boleh mengembangkannya. Hal ini juga tertolak dengan beberapa aspek iaitu, golongan salafus soleh tidak pernah melakarkan kepada kita suatu metodologi penggalian hukum yang tetap, jelas dan statik untuk kita pada hari ini. Bahkan di zaman mereka juga, metodologi penggalian hukum dan kaedah berijtihad berkembang dan terus berkembang tanpa sebarang larangan oleh mereka sendiri, selagi ia didasarkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Aspek yang kedua ialah, keutuhan syariat Islam itu sendiri, yang bersifat fleksibel dan sesuai untuk sepanjang zaman, dengan metodologi penggalian hukum (usul fiqh, qowaid fiqhiyah dan sebagainya) yang fleksibel, yang membolehkan manhaj ilmiah dalam berijtihad terus berkembang sejajar dengan prinsip-prinsip asas agama Islam. Kalau ijtihad kita hanya perlu terhad kepada ijtihad salafus soleh, dan manhaj ilmiah kita terus terhad dengan manhaj ilmiah mereka yang terdahulu, tanpa dibenarkan untuk dikembangkan, maka bagaimana hukum Islam dapat berperanan terhadap perkara-perkara baru yang timbul dari peredaran cara hidup dan kemajuan hidup manusia pada hari ini. Kalau ijtihad kita hanya terhad kepada ijtihad golongan salaf, bagaimana kita mampu menggali hukum mengenai bayi tabung uji, pengklonan, dan sebagainya yang belum lagi pernah dibincangkan oleh salafus soleh pada zaman mereka? Oleh itu, perkembangan manhaj berfikir ilmiah umat Islam, dan metodologi penggalian hukum akan terus berkembang sejejar dengan perkembangan zaman, dan inilah antara ciri-ciri kefleksibilitan Islam yang sesuai sepanjang zaman. Berdasarkan keterangan tadi, jelaslah bahawa, salaf hanya merujuk kepada suatu zaman dalam umat Islam, iaitu tiga kurun pertama hijriyah, bukan merujuk kepada suatu pola pemikiran, kerana pada zaman salafus soleh juga, tiada suatu pola pemikiran yang tersusun, yang boleh dikatakan sebagai suatu simbol corak pemikiran. Sila rujuk buku As-Salafiyah karangan Dr. Muhammad Ramdhan Al-Buti untuk penerangan yang lebih jelas. Adapun mereka yang mengaku salafi, semata-mata kerana mereka mengaku memperjuangkan manhaj salafus soleh, sama ada dari sudut aqidah mereka dan sebagainya, maka merek sebenarnya terkeliru. Ini kerana, aqidah orang-orang Islam zaman salafus soleh, sama juga dengan aqidah orang-orang Islam di zaman ini, dan kedua-dua golongan menyembah Allah s.w.t. yang Maha Esa. Kalau mereka mengatakan bahawa, golongan khalaf (golongan selepas salaf sehingga hari ini) mentakwil dalam masalah ayat-ayat mutasyabihat, maka golongan salaf juga, ada yang mentakwil ayat-ayat mutasyabihat seperti Imam Ahmad, Imam Al-Bukhari dan sebagainya (rujuk buku Fusulun fil Aqidah, karangan Dr. Yusuf Al-Qaradhawi). Syariat Islam yang kita amalkan juga merupakan syariat Islam yang diamalkan oleh para salafus soleh, kerana golongan khalaf juga menggali ilmu syariat mereka dari sumber-sumber ilmiah para salaf, yang lebih dikenali dengan istilah taqlid. Kalaulah golongan khalaf dikatakan berbeza dengan salaf kerana mereka bermazhab dan bertaqlid, sejak dari zaman sahabat lagi, ada golongan yang berijtihad dan ada golongan yang bertaqlid, kerana bukan semua orang hatta di zaman salaf, mampu berijtihad dan menggali hukum dengan sendiri (rujuk buku Al-LaMazhabiyah karangan Dr. Al-Buti). Jadi, golongan yang cuba kononnya untuk kelihatan berbeza dengan majoriti umat Islam yang dikenali dengan khalaf (hanya merujuk kepada isitilah zaman semata-mata), dengan mengaku sebagai salafi, tidak pernah membezakan mereka (golongan yang mengaku salafi) dan golongan yang tidak mengaku salafi. Sekurang-kurangnya, majoriti umat Islam yang tidak mengaku salafi, bermazhab dengan mazhab salah seorang Imam dari kalangan salafus soleh seperti As-Syafie, Al-Maliki dan sebagainya. Jadi, golongan yang mengaku salaf sebenarnya adalah golongan Wahabi yang mengkafirkan selain daripada mereka, kerana ingin membezakan mereka dengan selain dari mereka. Jadi, setelah membidahkan, menyesatkan, dan ada yang sampai mengkafirkan majoriti umat Islam yang tidak sehaluan dengan kefahaman mereka, maka mereka memerlukan suatu nama untuk berteduh dari kepinggiran mereka dari selain mereka, maka mereka menggunakan nama salaf untuk tujuan tersebut. Ini dalam masa yang sama, merupakan pengkhianatan yang besar dari sudut ilmiah kerana menisbahkan takfir, taasub dan jumud yang mereka bawa kepada golongan salafus soleh yang tidak sekalipun bersikap dengan sikap mereka. Jadi, golongan yang mengaku salafi tetapi tidak mengaku Wahabi (pengikut Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab), sama ada mereka keliru dengan istilah salafi itu sendiri, atau mereka sememangnya Wahabi yang bersembunyi di sebalik istilah Salafi. Memberi makna lain terhadap sesuatu lafaz, bersesuaian dengan kaedah kiasan dalam Bahasa Arab dan sebagainya bersambung ----------------- = think Islam , think Globally , think Reality = |
Mulya ![]() |
![]()
Pada 13-02-09 11:29 , trouver_99 posting:
!!! QUOTE !!! betul tu,dunia sibuk suruh boikot yahudi dengan sekutunya tapi kita pula sibuk bincang bab wahabi buat apa.eh.....mufti wahabi mengharamkan boikot barang yahudi?siap suruh berbaik dengan yahudi lagi?betul ke tak betul ni BinBaaz? jika ALLAH tuhan mereka muhammad nabi mereka mereka mengikuti alqur'an dan sunnah tidak menyekutukan ALLAH.. maka mereka adalah muslim dan saudara kita... perbezaan pendapat xbermakna sesat or salah... ----------------- ya allah terimalah hidup matiku untukmu.."ya allah..izinkanlah aku mati untukMU..hamba mohon dengan sangat ya allah.."kuatkanlah aku dan berikanlah kesabaran |
trouver_99 ![]() ![]() |
![]()
ist ist ist.berdosa besar sungguh saya ye sebab tak dengar terus dari yang melafazkannya.sepatutnya saya kenalah dengar secara terus orang yang melafazkannya secara terang.hadis Nabi dan kata-kata ulama terdahulu juga sepatutnya direkod dalam rakaman audio supaya semua orang perlu mendengar secara terus agar tak berlaku sebarang tokok tambah.
Nabi tak suruh pun ambil riwayat dari Imam Bukhari dan Imam Muslim serta para Imam hadis lain.ada sesiapa pernah dengar yang Nabi suruh ambil hadis yang diriwayatkan oleh para Imam hadis?eh,sesiapa zaman sekarang ada pernah dengar hadis yang diucapkan oleh Baginda Nabi secara langsung?sepatutnya kena dengar live streaming asli dari ucapan Baginda sendiri...... jadi kita pegang ayat ini !!! QUOTE !!! perbezaan pendapat tak bermakna sesat or salah jom sambung lagi Wahabi Ditentang Kerana Membawa Perpecahan Golongan Wahabi ditentang hebat oleh majoriti para ulama Islam sama ada secara terang-terangan atau secara kiasan, kerana tiga sikap pemusnah umat mereka yang utama, iaitu, taasub, jumud dan tasyaddud yang membawa kepada takfir sesama Islam sewenang-wenangnya. Ada tiga jenis golongan yang menentang Wahabi, yang mana dua daripadanya tidak tepat, kerana berlebih-lebihan dalam menentang Wahabi, sedangkan yang ketiga pula adalah golongan yang benar dalam pempertahankan kedaulatan dan kemurnian Islam dari pencemaran Wahabi. Pertama, golongan yang mengkafirkan Wahabi secara mutlak, kerana menuduh mereka bersekongkol dengan para kuffar untuk menjatuhkan umat Islam dan sebagainya. Golongan yang mengkafirkan Wahabi dengan alasan yang tidak berasas ini, melakukan kesilapan kerana menentang golongan ghulu (pelampau/ iaitu Wahabi) dengan ghulu (keterlampauan) juga, sedangkan Islam menyeru umatnya mengajak kepada kebenaran dengan hikmah. Kedua, golongan yang membidahkan golongan Wahabi, sehingga sanggup menafikan kebaikan-kebaikan yang dibawa oleh Wahabi, kerana sikap Wahabi yang sewenang-wenangnya mengkafirkan umat Islam. Penentangan cara ini merupakan suatu sikap yang tidak adil kerana, kita perlu juga mengakui kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan oleh golongan yang bercanggah dan menentang kita,walau sebesarmana kesalahan mereka, tidak boleh menafikan kebaikan mereka. Ketiga, golongan yang bersikap sederhana dalam menolak fahaman Wahabi, kerana ingin menyelamatkan umat Islam dari bahana perpecahan dan saling kafir mengkafirkan antara sesama muslim. Golongan ini merupakan golongan yang bersikap adil dalam mengkritik dan menolak fahaman Wahabi, kerana tujuan mereka bukanlah untuk menjatuhkan mana-mana pihak, tetapi sekadar menegur kesalahan orang yang bersalah. Antara Ulama-ulama yang Menentang Golongan Wahabi 1) Sheikh Sulaiman bin Ahmad Al-Hanbali (1130-1181H). Beliau merupakan seorang ulama fiqh yang alim dalam mazhab Hanbali. Beliau turut dikafirkan oleh Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab. 2) Sheikh Sulaiman bin Abdul Wahab (1208 H), saudara kandung Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, seibu dan sebapa. Beliau dikatakan lebih alim berbanding Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab sendiri. Beliau merupakan antara penentang kuat saudaranya Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, terutamanya kerana sikap takfir Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab. Di sisi Wahabi, beliau merupakan seorang kafir yang telah terkeluar dari agamanya. 3) Sheikh Muhammad bin Abdul Rahman Al-Hanbali Al-Ahsai (1100-1164 H). Beliau juga merupakan seorang ulama besar di zaman tersebut, dan sangat mahir dalam bidang fiqh dan ilmu falaq, disamping dihormati dalam masyarakat. Beliau juga turut dikafirkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. 4) Sheikh Abdullah bin Isa At-Tamimi (1175 H). Beliau merupakan antara ulama yang besar dari kalangan ahli Najd. 5) Sheikh Abdullah bin Ahmad (1175 H), seorang faqih mazhab Hanbali. 6) Sheikh Abdullah bin Abdul Latif Al-Ahsai. Beliau merupakan antara guru Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, dan seterusnya merupakan antara mereka yang paling kuat menentang Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab. 7) Sheikh Muhammad bin Abdullah Al-Ahsai (1216 H), juga merupakan seorang faqih Hanbali. Beliau juga turut dikafirkan oleh Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab. 8) Sheikh Muhammad bin Ali (1246 H) 9) Sheikh Uthman bin Mansur Al-Nasiri (1282 H) 10) Sheikh Uthman bin Sanad Al-Basri (1250 H) 11) Sheikh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi (1194 H), seorang mufti mazhab As-Syafie. Beliau menentang golongan Wahabi dan menggelar mereka sebagai golongan Al-Khawarij. 12) Sheikh Murid bin Ahmad At-Tamimi (1171 H) 13) Sheikh Saif bin Ahmad (1189 H) 14) Sheikh Soleh bin Abdullah As-Soigh (1183 H) 15) Sheikh Ahmad bin Ali Al-Qobbani 16) Sheikh Abdullah bin Daud (1225 H) 17) SheikhAlawi bin Al-Haddad Al-Hadrami (1232 H) 18) Sheikh Umar bin Al-Qosim bin Mahbub 19) Sheikh Muhammad bin Abdullah Al-Maghribi (1227 H) 20) Sheikh Muhammad bin Abdullah bin Hamid (1295 H) 21) Sheikh Abdul Aziz bin Abdul Rahman (1179 H) 22) Sheikh Hasan bin Umar Ad-Dimasyqi (1174 H) bersambung ----------------- = think Islam , think Globally , think Reality = |
Mulya ![]() |
![]()
Pada 15-02-09 23:28 , trouver_99 posting:
!!! QUOTE !!! ist ist ist.berdosa besar sungguh saya ye sebab tak dengar terus dari yang melafazkannya.sepatutnya saya kenalah dengar secara terus orang yang melafazkannya secara terang.hadis Nabi dan kata-kata ulama terdahulu juga sepatutnya direkod dalam rakaman audio supaya semua orang perlu mendengar secara terus agar tak berlaku sebarang tokok tambah. yang saya maksudkan tu bukan macam tu.. yang saya maksudkan tu, anda membaca langsung tentang perkataan yang dilafazkan oleh yang membawa tu.. hadis nabi..tu diambil langsung dari nabi...bukan dari perkataan orang lain... apakah anda menilai muhammad dari perkataan abu jahal..abu lahab..??mereka mengatakan muhammad orang gila.. apakah anda akan mengakui bahwa isa adalah anak tuhan or tuhan sebab orang2 nasrani mengatakan bahwa isa adalah anak tuhan...?? mengapa xambek langsung perkataan isa..apakah nabi isa pernah mengatakan dirinya sebagai tuhan..or anak tuhan..??hanya sebuah perumpamaan..semoga boleh difikirkan dengan baik.. ----------------- ya allah terimalah hidup matiku untukmu.."ya allah..izinkanlah aku mati untukMU..hamba mohon dengan sangat ya allah.."kuatkanlah aku dan berikanlah kesabaran |
wuzaraa ![]() |
![]()
Secara umumnya saya melihat idea yang dibawa oleh syeikh muhammad b abd wahab sebagai usaha tajdid terhadap ummat. Beliau melakukan ijtihad terhadap isu-isu yang semasa dan keadaan yang berlaku pada masa itu. Oleh itu jika dan perbezaan pandangan, saya menerimanya sebagai ikhtilaf.
Cuma permasalahannya, ramai dari golongan salafi/wahabi terutama dari timur tengah yang membawa polemik takfir dan sesat keatas gerakan2 Islam. Saya pernah disuruh syahadat terlebih dahulu pada awal pertemuan dengan mereka, maksudnya apa? Saya membaca polemik takfir antara Wahhabi/ Salafi dengan syiah, assya'riah yang cukup kronik dari timur tengah lagi. Gerakan2 seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Tabligh tidak terlepas dari tuduhan firqah sesat yang dituduh oleh Wahhabi/Salafi ini. Ketika gerakan2 Islam memperjuangkan penerapan hukum Islam, ada segelintir salafi/wahhabi yang mengiktiraf pemerintah2 sekular sebagai pemerintah Islam yang sah. Pastinya, jika tidak benar-benar dikawal pertemuan dengan mereka boleh jadi emosional. Bukanlah saya kata semua mereka begitu, sesama mereka juga ada perbezaan pandangan yang tajam, antara yang mengiktiraf dan tidak mengiktiraf kerajaaan2 hari ini. ada yang menjadi mujahid dan ada yang menghukum bughat mujahid2 ini. Ada yang mahukan khilafah ada juga yang mahu mengekalkan kesultanan raja Arab Saudi. Jadi apa saya, tidak sayugia kita melakukan generalisasi salafi atau wahhabi ini. kerana aliran fikrah dan metodologi mereka yang pelbagai. Paling penting jangan terjebak polemik takfir. |
Mulya ![]() |
![]()
bagus..ini satu penilaian yang cukup adil..
kalau satu or dua yang salah, tak bermakna semua salah kan..?? kat malaysia ni..,ada kawan-kawan yang saya kenal dari jema'ah salafi..,pemahaman mereka sangat bagus..cara mereka beramal sangat bagus...jema'ahnya tersusun rapi... |
Mulya ![]() |
![]()
teringat dulu ketika saya mengikuti satu jema'ah yang tak ada nama..
dalam jema'ah tulah saya belajar memahami alqur'an dan belajar menjadikan alqur'an sebagai pedoman hidup..tapi orang2 kata jema'ah tu sesat..orang kata jema'ah tu sesat..,solat tak pakai pakaian...banyak lagi tuduhan2 yang memburukkan kami...tapi mereka tak tahu..,padahal disaat solat..,saf kami jauh lebih rapi dan teratur berbanding yang lain..kaki dan bahu bertemu antara seorang dengan seorang yang lain..pakaian rapi dan bersih..wangi... saat tu kami lakukan pengajian(belajar memahami alqur'an) bersembunyi..takut orang2 tau..kalau orang2 tau..,mereka akan bagitahu pada kerajaan dan kami akan ditangkap sebab dianggap sebagai pembangkang... mereka anggap kami sesat...,mereka xmengetahui...awal islam datang tu terasa asing...begitulah yang kami rasakan awal-awal perjuangan islam..saat tu orang bertudung labuh dianggap asing...disaat itulah wanita dr jema'ah kami dengan sangat beraninya memakai pakaian yang mereka anggap pakaian orang2 sesat... jema'ah tu bukanlah jema'ah yang hanya ikut2an..kami dilarang ikut2 orang sebab alqur'an melarang...kami lakukan ibadah berdasarkan alqur'an dan hadis2 soheh...kami tidak melakukan ibadah2 yang hanya dibuat2 oleh orang2...kami xlakukan ibadah melainkan mencontohi nabi... orang mengatakan itu sesat...orang mengatakan orang2 yang mengikuti dan mengamalkan alqur'an dan sunnah adalah sesat...wajar..nabi muhammad pun dulu dikatakan sebagai orang gila.. |
afina010587 ![]() ![]() |
![]()
salam
saya minta maap kalau isu ini meneybabkan pertingkahan... saya harap isu ini boleh dibincqngkan secara ilmiah bukan secara bahas.. mungkin ayat yang baik digunakan seperti 'saya paham maksud yang saudara sampaikan, tapi......' 'mungkin benar hal itu, tapi...........' 'saya nampak isi yang tuan maksud kan, pada pandangan saya pula....' saya tak hendak lah isu ini menimbulkan salah paham.. walau apa pun kita selagi tuhan kita Allah, Nabi kita Muhamad dan Islam agama kita, kita masih bersaudara... saya sedang mengkaji secara ilmiah... jawap lah secara ilmiah juga ye... maap byk222.... |
ibnu_musa ![]() ![]() |
![]()
Pada 07-02-09 21:01 , sirat82 posting:
!!! QUOTE !!! ini antara link yang dah bincang (atau bergaduh / debat) secara panjang lebar. isu wahhabi ni, memang dah dipergaduhkan secara panjang lebar dalam ukhwah ni... contohnya dalam link yang sirat bagi tu, afina010587 boleh rujuk link tu. http://www.ukhwah.com/viewtopic.php?forum=21&topic=14435&start=0 ----------------- |============================| | ()"*"() | ( 'o', ) |(,,)=(,,)=======================| |
Mulya ![]() |
![]() |
trouver_99 ![]() ![]() |
![]()
lah.dia yang sempit fikiran tuduh orang lain pula.Kenapa tanya macam orang pendek akal macam ni?jadi jawapannya pun sama lah dengan taraf orang yang bertanya.tiba-tiba bawa masuk pulak dah hujah pasal Nabi Isa dan lain lain.kalau nak bicara bab berkenaan sila buka tajuk baru.tak payah nak pusing terbalik.
!!! QUOTE !!! awak dengar dari sapa..??apakah awak dengar terus dari yang melafazkannya..??kalau belum pasti kebenarannya..,sebaiknya jangan sampaikan..sebab itu akan membuat anda mendapatkan dosa besar.. jangan risau afina,silalah baca dengan hati yang tenang oowh..rupanya pakai Al-Quran dan Hadis Sahih saja.memang pun orang lain pun pakai juga dalam menetapkan hukum.kalau dalam pengamalan ada juga syarat syaratnya.dalam mazhab tu tak ada pakai Al-Quran dan Hadis Sahih ke?ada tokoh mazhab ambil hukum dari bible ke?kalau tak ada mengapa sibuk melaungkan sumber yang sudah diketahui umum dan sahih? hairan ye.mengapa Imam Muslim dan Imam Bukhari serta para ulama hadis lain tak pernah pun melarang umat Islam dari mengikuti mazhab.sedangkan mereka lebih layak untuk menyeru umat Islam supaya hanya beramal dengan Al-Quran dan Hadis Sahih saja tetapi mengapa mereka tidak melaungkan sedemikian? umat zaman sekarang lagi pandai ke dari para Imam Hadis tersebut? Pertuduhan-pertuduhan ke atas Sheikh Muhammad Abdul Wahab dan Wahabi - Takfir (Mengkafirkan umat Islam). Inilah suatu pertuduhan yang paling utama ke atas Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab dan para pengikutnya, yang mana ianya juga merupakan suatu yang amat bahaya dalam umat Islam. Pertuduhan ini merupakan suatu pertuduhan yang amat berasas, sehingga para pendokong Salafiyah Wahabiah sendiri tidak mampu menolak pertuduhan tersebut. Antara para ulama yang menyanjungi Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, namun tetap mengakui kesalahan beliau dalam sikap mengkafirkan umat Islam sewenang-wenangnya adalah Sheikh Imam Al-Saukani sendiri. Begitu juga dengan Sheikh Mansur Al-Hazimi dan Muhammad Siddiq Hasan As-Salafi. Adapun dari kalangan penentang-penentang Wahabi itu sendiri, cukup banyak, menjelaskan tentang sikap takfir sewenang-wenangnya yang dibawa oleh Wahabi. Contohnya, kata Sheikh Ahmad Zaini Dahlan Mereka tidak beriktiqad seseorang itu mentauhidkan Allah s.w.t., melainkan mereka yang mengikuti perkataan mereka (golongan Wahabi tersebut) Mungkin, ada di kalangan pengkaji ilmiah yang menolak dakwaan tersebut, dengan pelbagai alasan, namun, penolakkan dakwaan tersebut hanyalah suatu usaha menegakkan benang yang basah, kerana ianya sudahpun termaktub dalam lipatan sejarah dengan dakwat yang kekal, biarpun ada di kalangan sumber-sumber sejarah cuba menyembunyikannya. Apa yang penting, bukan apa yang telah berlaku. Apa yang penting, sikap tersebut (pengkafiran sesama Islam atau pembidahan sesama muslim sewenang-wenangnya) haruslah ditinggalkan serta-merta, sama ada anda mengaku salafi, atau tidak, sama ada anda mengaku wahabi atau tidak. - Pembunuhan Sesama Islam: Natijah dari sikap mengkafirkan umat Islam yang tidak mengikuti mereka sewenang-wenangnya, golongan Wahabi turut menghalalkan darah mereka yang menolak Wahabi dan seruan mereka. Hal ini telah terbukti dalam lembaran-lembaran sejarah, termasuklah dalam bahan sejarah golongan salafi itu sendiri (rujuk buku sejarah karangan Ibn Ghonam), apatah lagi dalam bahan sejarah selain golongan Wahabi. - Tajsim dan Tasybih: Walaupun Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab tidaklah sibuk membincangkan masalah sifat-sifat mutasyabihat, kerana sibuk dengan agendanya untuk memurnikan aqidah umat Islam (walaupun dengan cara takfir), tetapi kebanyakkan dari kalangan golongan salafi setelah beliau, yang mula cenderung terhadap aqidah Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim, lantas menjerumuskan diri mereka ke lembah tasybih dan tajsim. Hal ini kerana, Sheikh Ibn Taimiyah merupakn antara ulama kegemaran Sheikh Muhammad ibn Abdul Wahab. Maka pengikutnya selepas itu terus mengupas fahaman-fahaman Ibn Taimiyah sehinggalah sampai terpengaruh dengan aqidah Ibn Taimiyah yang pernah mengundang kontroversi dalam bidang keilmuan Islam, kerana pegangan beliau (Ibn Taimiyah) yang menjurus kepada menjisimkan Allah s.w.t. dengan makhluk tanpa disedarinya, kerana mengisbatkan zahir perkataan jisim kepada Allah s.w.t. melalui ayat-ayat mutasyabihat tersebut. Pada hakikatnya, masalah tajsim ini merupakan suatu masalah yang serius, kerana ianya melibatkan suatu aqidah yang salah dan bercanggah dengan ahlus sunnah wal jamaah, yang didokongi oleh kebanyakkan para salafi wahabi, kerana terkesan dengan sikap keras Ibn Taimiyah dalam menolak secara mutlak konsep tawil dalam ayat mutasyabihat serta menafikan majaz dalam memahami sifat-sifat mutasyabihat tersebut. Sikap menolak tawil secara mutlak dengan manafikan adanya majazi dalam wahyu Ilahi s.w.t. merupakan suatu sikap tasyaddud (berlebih-lebihan) dalam masalah aqidah dan menjerumus kepada kecelaruan aqidah yang lebih parah (rujuk buku Fusulun Fil Aqidah karangan Dr. Al-Qaradhawi). Daawa Al-Munawiin, Dr. Abdul Aziz bin Abdul Latif, M/S 166 Mutasyabihat: Ayat-ayat yang berbentuk kesamaran, yang boleh mengelirukan sesetengah golongan awam, kerana zahirnya membawa makna jisim, sedangkan ianya tidak layak dengan kesempurnaan Allah s.w.t. bersambung ---------------------------------------------------------- sedikit persoalan berdasarkan pemahaman kita. 1.apakah dengan hanya menurut 'sangkaan' kita yang berpendapat bahawa ada sesetengah orang didalam ukhwah tidak menjaga ikhtilat lantas kita terus mengatakan bahawa portal ukhwah.com sudah tersesat?apakah Islam itu sudah cukup dengan hanya menurut sangkaan kita serta pemahaman kita sendiri dengan akal yang cetek tanpa mengambil kira pandangan ulama yang lain dan kemudian untuk menyedapkan hati kita melaungkan kononnya untuk memberi teguran? 2.apakah dengan hanya menurut 'sangkaan' kita bahawa ukhwah menganjurkan program main boling asing lelaki dan perempuan tetapi kita beranggapan ianya tak boleh lantas kita terus menuduh warga ukhwah tidak tahu menjaga ikhtilat antara lelaki dan perempuan? 3.apakah dengan hanya menurut 'sangkaan' kita bahawa terdapat dua atau tiga orang yang kelihatan 'bertekak' di dalam portal ukhwah maka terus kita mengatakan bahawa portal ukhwah itu sudah tidak islamik dan tempat pertelingkahan dan menguatkan hujah hendak menang semata-mata hanya kerana tajuk yang dibincangkan agak ringan dan kita malas nak bincang tajuk yang berat? 4.apakah dengan menurut sangkaan kita bahawa orang lain malas untuk berfikir maka kita keluarkan tajuk-tajuk yang kononnya mahu menyuruh orang berfikir tetapi kita tak memberi sebarang pengenalan dahulu terhadap tajuk berkenaan sebaliknya terus bertanyakan soalan berbentuk provokasi? ![]() ----------------- = think Islam , think Globally , think Reality = |
ibnu_musa ![]() ![]() |
![]()
Pada 19-02-09 16:12 , Mulya posting:
!!! QUOTE !!! Kenapa pula lah harus bergaduh pasal ni..he..he..kita kan ummat yang satu... tanya pada diri sendiri lah bro... ![]() ----------------- |============================| | ()"*"() | ( 'o', ) |(,,)=(,,)=======================| |
BintuAbdullah ![]() ![]() |
![]()
Siapa Dan Apa Aqidah Pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab?
Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab At-Tamimi (1115-1206H/1703-1792M) ialah salah seorang tokoh Ahli Sunnah yang telah melancarkan gerakan dakwah islah di Semenanjung Tanah Arab untuk menghidupkan semula Sunnah Nabi Shallallahu âalaihi wasallam yang telah dimatikan oleh kejahilan umat Islam dalam pelbagai aspek aqidah dan syariat. Dalam konteks ini, Yusuf Al-Qaradawi berkata: Maksudnya: âAdapun Imam Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab di Semenanjung Arab, yang menjadi keutamaan di sisinya ialah untuk menjaga aqidah dan batas tauhid daripada gejala kesyirikan dan khurafat yang telah mencemar serta mengeruhkan sumber dan kejernihannya. Untuk itu, beliau telah mengarang pelbagai buku dan risalah serta melancarkan gerakan dakwah bagi memusnahkan pelbagai fenomena kesyirikan ... â Manakala Wahbah az-Zuhaili pula berkata Maksudnya: â(Gerakan) Dakwah Sheikh Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab pada kurun ke 12 hijrah (18 masehi) adalah antara suara kebenaran yang paling berani dan antara pendakwah islah, pembinaan dan jihad yang paling besar untuk mengembalikan keteguhan pegangan individu muslim terhadap manhaj Salaf, untuk memperbaharui kehidupan Islam di kalangan awam yang telah dicemari oleh (gejala) khurafat, waham, bidâah dan penyelewengan ... â Untuk mengukuhkan lagi bukti kebenaran pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab, maka seterusnya diperturunkan kata-kata yang beliau ungkapkan dalam risalahnya kepada penduduk Al-Qasim, katanya Maksudnya: âAku mempersaksikan kepada Allah dan kepada para Malaikat yang hadir di depanku, dan aku mempersaksikan kepada kamu bahawa sesungguhnya aku beriâtiqad (berpegang) dengan iâtiqad (pegangan) firqah najiah (puak yang selamat) Ahli Sunnah Wal Jamaâah dari segi beriman dengan Allah, para Malaikat, Kitab-Kitab, para Rasul, (Hari) Kebangkitan selepas kematian dan beriman dengan Al-Qadar (sama ada) baik atau buruk. Antara (ciri) keimanan dengan Allah ialah beriman dengan apa yang Dia sifatkan DiriNya dengannya dalam kitabNya melalui lidah RasulNya Shallallahu âalaihi wasallam, tanpa tahrif (mengubah atau menukar ganti makna) dan tanpa taâtil (menafikan sifat bagi Allah Subhanahu wa Taâala). Bahkan aku beriâtiqad bahawa Allah Subhanahu wa Taâala tiada sesuatu pun yang menyerupaiNya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Justeru aku tidak menafikan dariNya apa yang Dia sifatkan diriNya dengannya. Aku juga tidak tahrifkan kata-kata (Al-Quran) dari maksud-maksudnya. Aku juga tidak mengilhadkan (menolak secara anti) nama-nama serta ayat-ayatNya. Aku juga tidak mentakyif (menggambarkan rupa bentuk) dan tidak mentamthil (mengumpamakan makna) sifat-sifatNya yang Maha Tinggi dengan sifat-sifat makhlukNya, kerana Dia Maha Tinggi, tiada persamaan, tiada kesetaraan dan tiada sekutu bagiNya, Dia tidak boleh dikiaskan dengan makhlukNya kerana sesungguhnya Dia yang Maha Suci lebih mengetahui tentang diriNya dan yang selainNya. Dia yang paling benar dan paling elok percakapanNya, Dia mensucikan diriNya daripada apa yang disifatkan pada diriNya dengannya oleh para penyeleweng dari kalangan ahli takyif dan tamthil, dan (Dia juga mensucikan diriNya) daripada apa yang dinafikan dariNya oleh para penafi dari kalangan ahli tahrif dan taâtil, lalu Dia berfirman: âMaha suci Tuhanmu, Tuhan yang mempunyai keagungan dari apa yang mereka sifatkan, dan selamat sejahtera ke atas sekelian Rasul, dan segala pujian bagi Allah Tuhan sekelian alamâ . Firqah najiah (berada) di pertengahan antara puak Qadariyyah dan Jabriyyah dalam bab perbuatan-perbuatanNya Yang Maha Tinggi, mereka juga berada di pertengahan antara puak Murjiâah dan Waâidiyyah dalam bab waâid (janji) Allah, mereka juga berada di pertengahan antara puak Haruriyyah (aliran Khawarij) dan Muâtazilah atau antara puak Murjiâah dan Jahmiyyah dalam bab iman dan agama, dan mereka juga berada di pertengahan antara puak Rafidah dan Khawarij dalam bab Sahabat Nabi Shallallahu âalaihi wasallamâ. âDan aku beriâtiqad (berpegang) bahawa Al-Quran itu Kalam Allah yang diturunkan, ia bukan makhluk, daripadaNya ia bermula dan kepadaNya ia kembali, Dia berfirman dengannya secara hakiki dan Dia menurunkannya ke atas hambaNya, rasulNya, pemegang amanah wahyuNya, dan juga dutaNya antara Dia dan hamba-hambaNya, (iaitu) Nabi kita Muhammad Shallallahu âalaihi wasallam. Aku beriman bahawa Allah Maha Berkuasa melakukan apa yang Dia kehendaki, tidak berlaku sesuatu melainkan dengan kehendakNya, tiada suatu pun yang terkeluar daripada kehendakNya, tiada suatu pun dalam alam ini yang terkeluar daripada takdirNya dan tidak terbit melainkan melalui pentadbiranNya, tiada seorang pun yang terkecuali daripada Qadar yang dihadkan dan dia tidak melangkaui apa yang telah tertulis baginya di Lauh Mahfuz. Dan aku beriâtiqad dengan keimanan terhadap setiap apa yang dikhabarkan dengannya oleh Nabi Muhammad Shallallahu âalaihi wasallam, berkenaan perkara yang akan berlaku selepas kematian. Aku beriman dengan (adanya) fitnah kubur dan niâmatnya, dan juga (aku beriman) dengan pengembalian ruh ke dalam jasad, dimana sekalian manusia bangkit (menuju) kepada Tuhan semesta alam dalam keadaan berkaki ayam, bertelanjang dan berkulup, Matahari menghampiri mereka. Kemudian dipacakkan neraca-neraca penimbang amalan lalu ditimbang dengannya segala amalan para hamba. Sesiapa yang berat neraca timbangan (kebaikannya) maka merekalah orang yang beroleh kemenangan, manakala sesiapa yang ringan neraca timbangan (kebaikannya) maka merekalah orang yang merugikan diri mereka sendiri, yang kekal di dalam Neraka Jahannam. Kemudian dibahagi-bahagikan pula dawawin (buku-buku amalan), maka ada yang mendapatnya melalui tangan kanan dan ada pula yang mendapatnya melalui tangan kiri. Aku beriman dengan (adanya) kolam Nabi kita Muhammad Shallallahu âalaihi wasallam di tengah-tengah laman Hari Qiamat, (warna) airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu, bekas-bekas (minumannya) sebanyak bilangan bintang di langit, sesiapa yang meminum seteguk darinya tidak akan dahaga selepas itu selama-lamanya. Aku beriman bahawa titian Sirat itu terbentang di atas tebing Neraka Jahannam, (cara) manusia melintasinya mengikut kadar amalan mereka. Aku beriman dengan (adanya) syafaâat Nabi Shallallahu âalaihi wasallam, dan bahawa dialah yang pertama memberi syafaâat dan yang dibenarkan memberi syafaâat, tidak ingkar (kewujudan) syafaâat Nabi Shallallahu âalaihi wasallam ini melainkan ahli bidâah dan golongan sesat. Namun, ia (syafaâat) tidak akan terhasil melainkan selepas keizinan dan keredhaan, sebagaimana firmanNya: âDan mereka (para Malaikat) tidak memberi syafaâat melainkan kepada orang yang diredaiNyaâ . Dia juga berfirman: âTiada yang dapat memberi syafaâat di sisi Allah tanpa izinNyaâ . Dia juga berfirman: âDan berapa ramaikah Malaikat di langit yang syafaâat mereka tidak sedikitpun berguna melainkan sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang Dia kehendaki dan yang Dia redhaiâ . Sedangkan Dia tidak akan redha melainkan tauhid dan Dia juga tidak akan mengizinkan kecuali untuk ahlinya (ahli tauhid). Manakala golongan musyrikin pula, maka tiada bagi mereka habuan syafaâat sedikitpun, sebagaimana firmanNya: âMaka tiada berguna lagi bagi mereka syafaâat dari orang yang memberi syafaâatâ. Aku beriman bahawa Syurga dan Neraka itu adalah dua makhluk, dan bahawa kedua-duanya sudah sedia wujud pada hari ini, dan bahawa kedua-duanya tidak akan binasa, dan bahawa orang beriman akan melihat Tuhan mereka dengan penglihatan mereka pada Hari Qiamat, sebagaimana mereka melihat bulan pada malam purnama, mereka tidak tertanya-tanya ketika melihatNya. Aku beriman bahawa Nabi kita Muhammad Shallallahu âalaihi wasallam ialah pemutus segala Nabi dan Rasul, tidak sah iman seseorang hamba sehingga dia beriman dengan kerasulannya serta mengaku kenabiannya, dan bahawa sebaik-baik umatnya ialah Abu Bakr As-Siddiq, kemudian âUmar Al-Faruq, kemudian âUthman Zu An-Nurain, seterusnya âAli Al-Murtada, dan diikuti oleh baki 10 orang (yang dijamin masuk syurga), kemudian Ahli Badr, kemudian Ahli Syajarah, Ahli Baâiah Al-Ridwan dan seterusnya seluruh para Sahabat radhiallahu âanhum. Aku beristighfar untuk mereka. Aku menahan diri (daripada berkata) mengenai keburukan mereka. Aku diam mengenai perselisihan yang berlaku antara mereka. Aku meyakini kelebihan mereka kerana beramal dengan firmanNya yang Maha Tinggi: âDan orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: âYa Tuhan kami! Ampunkanlah kami dan juga saudara-saudara kami yang terlebih dahulu beriman sebelum kami, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang beriman, Ya Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayangâ. Aku bertaraddi (menyebut radiallah) terhadap para isteri Nabi yang suci daripada sebarang kejahatan. Aku memperakui (adanya) karamah dan kasyaf bagi para wali, tetapi mereka tidak berhak mendapat sedikitpun daripada hak (ketuhanan) Allah, tidak boleh dipohon daripada mereka perkara yang hanya mampu dilakukan oleh Allah. Aku tidak memperakukan Syurga atau Neraka bagi seorangpun dari kalangan orang Islam melainkan orang yang telah diperakukan oleh Rasululah Shallallahu âalaihi wasallam, cuma aku berharap (balasan Syurga) bagi orang baik dan aku bimbangkan (balasan Neraka) ke atas orang jahat. Aku tidak mengkafirkan seorangpun dari kalangan orang Islam dengan sebab dosa dan aku juga tidak mengeluarkannya dari daerah (agama) Islam. Aku berpendapat bahawa jihad itu berterusan bersama setiap Imam (Khalifah), (tak kira) sama ada dia orang baik atau jahat, harus solat berjamaah di belakang mereka, jihad itu berterusan semenjak Allah mengutuskan (Nabi) Muhammad Shallallahu âalaihi wasallam sehinggalah generasi terakhir umat ini membunuh Dajjal, ia (jihad) tidak terbatal oleh kezaliman (Imam) yang zalim atau keadilan (Imam) yang adil. Aku berpendapat wajib patuh serta taat kepada para pemimpin orang Islam, sama ada yang baik atau yang jahat selagi mereka tidak menyuruh melakukan maksiat terhadap Allah. Sesiapa yang memegang jawatan Khalifah manakala orang ramai pula berkumpul untuk (membaiâah)nya serta mereka redha dengannya, sedangkan dia menguasai mereka dengan kekerasannya sehingga dia menjadi Khalifah, maka wajib mentaatinya dan haram keluar menentangnya. Aku berpendapat (wajib) menjauhi Ahli Bidâah dan membezai mereka sehingga mereka bertaubat. Aku menghukum mereka secara zahir dan aku serahkan rahsia-rahsia (hati) mereka kepada Allah. Aku beriâtiqad bahawa setiap perkara baru dalam agama itu adalah bidâah. Aku berpegang bahawa iman itu adalah mengucap dengan lidah, beramal dengan anggota badan dan beriâtiqad dengan hati, ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat, ia ada lebih 70 cabang, yang paling tinggi ialah syahadah lah Ilaha Illallah manakala yang paling rendah ialah membuang bahaya dari (permukaan) jalan. Aku berpendapat wajib menyuruh kepada kebaikan dan melarang daripada kemungkaran mengikut apa yang diwajibkan oleh syariâat Nabi Muhammad yang suci. Maka inilah ringkasan aqidah, yang telah aku karangnya dalam keadaan minda yang sibuk agar kamu dapat meneliti apa yang ada padaku, dan hanya Allah sahajalah yang mewakili apa yang kami kataâ . Demikianlah ringkasan pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab yang sengaja penulis paparkan di sini untuk dinilai oleh para pembaca sekalian, manakah pendapat beliau yang dikatakan menyimpang daripada pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah. Keseluruhan pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab itu adalah didasarkan kepada nas-nas sahih sama ada daripada Al-Quran atau As-Sunnah dan ia jelas menyamai maksud keseluruhan kata-kata Ibn Taimiyyah dalam kitabnya Al-âAqidah Al-Wasitiyyah. Justeru apabila menjelaskan kebenaran pegangan Wahabiyyah ini, âAbd Ar-Rahman Ar-Ruwaishid berkata: âPemikiran Wahabiyyah Salafiyyah itu bukanlah suatu agama baru atau suatu mazhab baru sebagaimana yang diwar-warkan oleh seteru-seterunya. Sesungguhnya ia adalah (gerakan) menghidupkan (ajaran) agama yang sebenar, yang terhasil daripada usaha ikhlas untuk menyeru kepada pengembalian bentuk ketulenan Islam dan pengambilan hukum syaraââ daripada sumbernya yang suci. Sebagaimana ia juga menyeru kepada gerakan penyucian yang menyeluruh daripada setiap perkara kesyirikan, bidâah, penyelewengan dan kesesatan yang diselinap masuk ke dalam pegangan agama sehingga memomokkan hakikat iman, merosakkan kemurnian agama ini serta menjauhkan penganutnya daripada kekuatan iltizam sebagai suatu pegangan dan amalanâ Kenapakah Gerakan Dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Dimomok-Momokkan Sebagai Wahabi? Mungkin ada yang tertanya-tanya, jika pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab itu benar, maka kenapakah ada usaha untuk memomok-momokkan gerakan dakwah beliau dengan gelaran Wahabiyyah itu? Jawapannya: Pertama: Wahabi atau Wahabiyyah adalah gelaran yang diberikan oleh musuh-musuh Sunnah ke atas Ahli Sunnah dengan tujuan untuk memomok-momokkan usaha mereka menegakkan Sunnah Nabi Shallallahu âalaihi wasallam. Gelaran ini pada mulanya dicetuskan oleh para pendukung khurafat dari kalangan orang Islam sendiri yang tidak bersetuju dengan pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab itu. Akan tetapi kesempatan ini diambil oleh pihak penjajah Inggeris untuk memburuk-burukkan gerakan dakwah Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab, kerana mereka bimbang gerakan itu akan mencetuskan kebangkitan dan kesedaran dunia Islam untuk menentang mereka. Buktinya, pihak Inggeris pernah menggunakan istilah Wahabi ke atas para ulama Deoband (pendukung Sunnah) yang menentang penjajahan mereka di India. Sedangkan para ulama berkenaan tidak ada hubungan langsung dengan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab, melainkan hubungan secara kebetulan dalam bentuk kesatuan manhaj kerana mereka berpijak di atas landasan Sunnah yang sama. Ini bermakna gelaran itu sengaja dipopularkan oleh pihak kolonialis barat untuk memburuk-burukkan sebarang gerakan yang mengancam mereka. Dalam konteks negara kita, definisi yang diberikan oleh individu-individu tertentu terhadap istilah wahabiyyah itu sendiri menggambarkan kefahaman dan persepsi mereka yang bercanggah, bercampur aduk dan bersimpang siur. Ada yang mendefinisikan Wahabiyyah sebagai kumpulan yang menolak Sunnah Nabi Shallallahu âalaihi wasallam, tawassul, syafaâat dan lain-lain . Ada yang mentakrifkan fahaman Wahabi itu sebagai amalan yang menyifatkan kebanyakan amalan sunat golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah yang diamalkan orang Islam di Malaysia tidak perlu , dan ada yang mentakrifkannya sebagai satu gerakan yang bertujuan untuk memurnikan perilaku umat Islam yang telah menyimpang daripada tuntutan agama yang sebenar . Kepelbagaian definisi ini jelas menggambarkan percanggahan persepsi disebabkan perbezaan sumber dan tahap maklumat yang diperolehi. Bandingkanlah definisi-definisi ini dengan petikan kata-kata Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab di atas, seperti katanya yang bermaksud: ââŠdan aku mempersaksikan kepada kamu bahawa sesungguhnya aku berpegang dengan pegangan firqah najiah (puak yang selamat) Ahli Sunnah Wal Jamaâah dari segi beriman dengan Allah, para Malaikat, Kitab-Kitab, para Rasul, (Hari) Kebangkitan selepas kematian dan beriman dengan Al-Qadar (sama ada) baik atau buruk...Aku beriman dengan (adanya) syafaâat Nabi Shallallahu âalaihi wasallam, dan bahawa dialah yang pertama memberi syafaâat dan yang dibenarkan memberi syafaâat, tidak ingkar (kewujudan) syafaâat Nabi Shallallahu âalaihi wasallam ini melainkan ahli bidâah dan golongan sesatâ. Dengan kenyataan seperti ini, maka dapat disimpulkan bahawa faktor di sebalik pendefinisian Wahabiyyah sebagai kumpulan yang menolak Sunnah Nabi Shallallahu âalaihi wasallam, syafaâat dan amalan Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah semata-mata kejahilan dan pengkhianatan. Kedua: Kembali kepada persoalan di atas, Kenapa pula ada usaha dari pihak orang Islam sendiri untuk memomok-momokkan gerakan dakwah islah Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab? Jawapannya, persepsi negatif sesetengah pihak terhadap gerakan tersebut berlaku hanya disebabkan oleh dua faktor: 1. Kejahilan mereka tentang pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab yang sebenar, sedangkan pegangannya itu adalah juga pegangan sebenar Ahli Sunnah Wal Jamaah. Dengan perkataan lain pihak yang memburuk-burukkan itu bukan sahaja tidak tahu pegangan sebenar Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab, bahkan pada masa yang sama mereka juga tidak tahu apakah pegangan sebenar Ahli Sunnah Wal Jamaah. 2. Sebahagian amalan yang dilihat sebagai bidâah dan khurafat oleh Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab, tidak dianggap sedemikian oleh pihak-pihak yang memusuhinya. Sebagai contoh bagi faktor kedua di atas, amalan memohon hajat di perkuburan yang dianggap memiliki keramat dilihat oleh Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab sebagai perkara khurafat dan kesyirikan yang mirip kepada penyembahan berhala, sedangkan amalan itu tidak dianggap sedemikian oleh sesetengah pihak yang memusuhinya. Dalam konteks ini, seorang âtokoh ulama melayuâ semasa berkata: âPerbuatan melawat makam mereka yang utama dan menghadiahkan pahala amalan juga perbuatan yang mulia di sisi Ahli Sunnah, dan berdoa di makam (kuburan) orang (mati) itu, dengan barakahnya, maka doa itu boleh dikabulkan dengan segeraâ . Kata-kata ini jelas menunjukkan kepercayaan si penuturnya terhadap kekeramatan makam orang yang dianggap shalih, sehingga dia menganggapnya sebagai wasilah (perantara) untuk dikabulkan doa atau dengan perkataan lain dia âbertawassulâ dengan kubur tersebut. Orang yang mengungkapkan kata-kata seumpama ini atau yang telah biasa mengamalkan amalan seumpama itu sudah tentu tidak boleh menerima pendapat Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab dalam hal berkenaan. Dalam konteks ini, Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab berkata: Maksudnya: âMaka sekiranya kamu sangka bahawa ini bukanlah suatu (bentuk) penyembahan berhala yang disebut dalam Al-Quran, maka ia adalah pelik kerana sesungguhnya aku tidak mengetahui seorang pun dari kalangan ahli ilmu yang berbeza pendapat dalam hal itu. Kecuali, jika berlaku ke atas seseorang itu apa yang telah berlaku ke atas golongan Yahudi dari segi keimanan mereka kepada Al-Jibt Wa At-Taghut (Syaitan)⊠Kenapa tidak, sedangkan sebahagian daripada mereka yang mengingkari ke atasku perkara ini dan yang mendakwa diri mereka sebagai ahli ilmu, mereka (turut) bergelumang dengan kesyirikan yang paling besar, bahkan mereka menyeru (berdoa) kepadanya. Sekiranya mereka dengar ada seorang insan yang mentajridkan (menunggalkan) tauhid, nescaya mereka melemparkan ke atasnya (tuduhan) kekufuran dan kefasikan, tetapi kami minta berlindung dengan Allah daripada (mendapat) keredhaan manusia dengan kemurkaan Allahâ . Oleh kerana para pendukung khurafat tiada hujah sahih untuk membuktikan kebenaran amalan bertawassul dengan kubur, selain hujah âdengar cakapâ kononnya ia adalah amalan mulia di sisi Ahli Sunnah, mereka tiada pilihan melainkan mengambil pendekatan âpertahanan hadapanâ dengan memburuk-burukkan imej Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab supaya masyarakat Islam awal-awal lagi tidak mengambil tahu dalil dan hujah Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab dalam persoalan itu. Persoalannya, pendapat siapakah yang benar? Pendapat tokoh yang mendakwa amalan tersebut sebagai mulia di sisi Ahli Sunnah atau pendapat Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab yang mendakwa kesepakatan para ulama tentang kesyirikan amalan berkenaan? Dalam sebuah risalah berkenaan ajaran sesat yang diterbitkan oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) terdapat kenyataan yang berbunyi: âDi antara bentuk-bentuk amalan khurafat yang berlaku di kalangan orang Islam di negara ini ialah: (a) Kepercayaan kepada keramat seperti kubur, pokok kayu, telaga keramat, batu, bukit, tongkat dan sebagainyaâ . Orang yang ada sedikit kecerdikan sekali pun boleh memahami bahawa kenyataan ini adalah menepati pendapat Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab dan menyalahi pendapat âtokoh ulama melayuâ itu. Justeru apakah boleh dikatakan bahawa para penyusun risalah terbitan JAKIM itu terdiri daripada para pengikut fahaman Wahabi, kerana mereka mengeluarkan kenyataan yang menyamai pegangan Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab itu, atau sebaliknya kenyataan itu mengesahkan status âtokoh ulama melayuâ berkenaan sebagai pendukung khurafat dan bidâah? Jika terbukti bahawa pendapat tokoh ulama melayu itu salah, maka bagaimana dengan dakwaan beliau bahawa pendapatnya itu adalah pendapat Ahli Sunnah? Bukankah ini membuktikan bahawa dakwaan itu merupakan suatu pembohongan dan pengkhianatan ke atas Ahli Sunnah dan seterusnya merupakan pengkhianatan terhadap ajaran agama? Dari Manakah Asal Usul Gelaran Wahabi? Jika dilihat dari sudut bahasa, perkataan Wahabiyyah itu sangat quddus (suci) kerana ia berasal daripada perkataan Wahhab yang merupakan salah satu daripada nama Allah Subhanahu wa Taâala (Al-Wahhab). Perkataan Wahhab itu juga sinonim dengan nama ayahnya âAbd Al-Wahhab, manakala namanya yang sebenar (Muhammad) menyamai nama Nabi Shallallahu âalaihi wasallam. Jika dilihat dari segi kesesuaian nama, sepatutnya gerakan itu digelar Muhammadi dan bukannya Wahabi, kerana orang yang dianggap sebagai pengasas gerakan itu bernama Muhammad dan bukannya Wahhab. Persoalannya, kenapakah suatu gerakan yang dianggap sesat itu digelar dan dinisbahkan kepada nama Allah yang Maha Quddus, dan juga kenapakah ia dinisbahkan kepada nama ayah dan bukan kepada nama sebenar tokoh berkenaan? Sebenarnya, penulis sendiri sejak sekian lama tertanya-tanya berkenaan hal ini, sehinggalah seorang sahabat mengisyaratkan kepada kewujudan sebuah risalah yang membahaskan persoalan tersebut. Risalah itu mencatatkan bahawa istilah Wahabiyyah itu pada asalnya adalah gelaran bagi puak-puak Khawarij yang muncul di kawasan Utara Afrika dan Maghribi. Ia dinisbahkan kepada pimpinan puak Khawarij kerajaan Ar-Rustumiyyah bernama âAbd Al-Wahhab Ar-Rustumi dan juga pimpinan puak Khawarij Al-Haruriyyah yang bernama âAbd Allah Ibn Wahab Al-Wasibi. Kedua-dua puak Khawarij ini muncul lama sebelum kemunculan gerakan dakwah islah Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab . Oleh kerana ada persamaan pada nama mereka dari segi kewujudan perkataan wahhab itu, maka persamaan itu, yang lebih merupakan satu âkebetulanâ, diambil kesempatan oleh para pendukung bidâah untuk mengaitkan gerakan islah Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab dengan puak berkenaan. Dengan memberinya gelaran puak Khawarij, maka mereka telah berjaya memburukkan imej gerakan islah Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab pada kaca mata sebahagian besar umat Islam yang jahil. Akibatnya, usaha baik yang dilancarkan untuk memurnikan tauhid, membetulkan aqidah dan menghidupkan Sunnah Nabi Shallallahu âalaihi wasallam telah disalah anggap sebagai gerakan Khawarij yang menyimpang daripada ajaran Islam. Imej gerakan dakwah islah Muhammad Ibn âAbd Al-Wahhab itu menjadi lebih buruk apabila para pendukung bidâah dengan niat yang jahat sengaja mengaitkannya dengan faktor kejatuhan kerajaan âUthmaniyyah Turki (akan dijelaskan dalam perbincangan Tohmahan 7, insyaAllah). Manakala pada hari ini, terutamanya selepas peristiwa 11 September, istilah wahabiyyah digunakan secara negatif pula oleh media-media barat bagi menggambarkan para pendukung Sunnah yang berpegang teguh dengan ajaran Islam sebagai fundamentalis, ekstrimis, pengganas dan militan agama. Apa yang menyedihkan persepsi negatif barat ini diterima pakai oleh umat Islam sendiri sehingga mereka turut memerhatikan saudara seislam mereka melalui kaca mata barat. Wala Haula Wala Quwwata Illa Billah. ----------------- Bonda Anis |
BintuAbdullah ![]() ![]() |
![]()
Misteri Wahhabi Di Malaysia
Perkataan âwahhabiâ dalam penulisan Barat mempunyai berbagai huraian. Kesemuanya menjurus kepada aliran Islam yang dilihat begitu berpegang kepada nas-nas al-Quran dan al-Sunnah secara literal dan enggan melihat tafsiran yang lebih moden atau tafsiran yang agak âwestern influenceâ. Clinton Bennet memasukkan âwahhabisâ dan deobandis dibawah kelompok âtraditionalistsâ yang bererti sekaligus berada di bawah aliran âfundamentalistâ (lihat: Muslim and Modernity 18-20, London: Continuum). Sebahagian penulisan Barat melihat wahhabi sebagai aliran yang menganggap âhanya Islam agama yang benarâ, wajib menegakkan âIslamic Stateâ, adanya âjihadâ menentang kuffar dan lain-lain ciri-ciri yang dianggap unsur âpadang pasirâ sekaligus cuba dikaitkan dengan terrorism. Di Malaysia pula, perkataan âwahhabiâ adalah perkataan misteri. Apa tidaknya, ramai yang menyebutnya atau menfitnah orang lain dengan menggunakan perkataan itu, padahal mereka pun tidak faham. Bagi mereka, itu adalah senjata untuk mempertahankan diri ketika dikritik. Saya masih ingat, di satu tempat di sebelah Utara, apabila ada imam yang mengenakan bayaran untuk solat dan zikirnya, lalu dia dikritik atas sikap salahguna agama untuk kepentingan diri, dengan mudah dia menjawab: âsiapa tak setuju dengan saya dia wahhabiâ. Pemberi nasihat yang barangkali tidak terdedah kepada banyak maklumat dan kali pertama mendengar perkataan itu, terpinga-pinga bertanya: âapa itu wahhabi?â. Jawab tok imam: âSiapa yang mengkritik ustaz dia wahhabiâ. Maka tidaklah berani lagi âpenasihatâ itu berbeza pandangan dengan âtok imamâ dan mempertikaikan âinfallibilityâ ustaz, takut jadi wahhabi. Di sesetengah tempat seseorang dituduh wahhabi kerana menentang amalan-amalan khurafat. Umpamanya, menggantung gambar orang tertentu seperti sultan atau tok guru dengan kepercayaan boleh menambah untung atau rezeki, atau mengikat benang hitam di tangan bayi yang baru lahir atas kepercayaan menolak sial atau bala dan berbagai kekarutan yang menghantui sebahagian masyarakat. Malangnya amalan-amalan ini bukan sahaja mendapat restu sesetengah yang bergelar âustazâ, bahkan merekalah punca. Jika ada yang mengkritik, untuk mempertahankan diri maka âsang ustazâ itu dengan mudahnya akan menyebut: âawak wahhabiâ. Sama juga, mereka yang tidak bersetuju dengan kenduri arwah dituduh wahhabi. Padahal kitab melayu lama Bughyah al-Talab karangan Syeikh Daud al-Fatani sendiri menyebut: â(dan makruh) lagi bidâah bagi orang yang kematian membuat makanan menserukan segala manusia atas memakan dia sama ada dahulu daripada menanam dia dan kemudian daripadanya seperti yang diadatkan kebanyakan manusia (dan demikian lagi) makruh lagi bidâah bagi segala yang diserukan dia memperkenankan seruannyaâ. Jika pun mereka tidak dapat menerima bahan mereka sendir, mengapa mereka merasa diri infallible, dan mengharamkan orang lain berbeza dengan mereka dengan menggunakan senjata âawak wahhabiâ. Sesetengah kelompok agama pula, mereka membaca dan menyebarkan riwayat-riwayat yang tertolak; seperti Israliyyat yang bercanggah dengan nas-nas Islam, hadis-hadis palsu atau kisah-kisah wali atau sufi yang menjadikan manusia keliru tentang keanggunan Islam. Mereka menyebarkannya dalam ceramah dan sesetengahnya menjadikannya modal untuk âbisnesâ mereka. Islam menjadi kabur dengan cerita-cerita itu dan menyebabkan agama agung ini kelihatan bagaikan âkartunâ dan âlucuâ. Jika ada yang menegur para penceramah ini; jawapannya âawak wahhabiâ. Walaupun yang menegur itu tidak pernah pun membaca buku Muhammad bin âAbdul Wahhab. Lebih buruk lagi apabila isu wahhabi digunakan oleh pihak berkuasa agama. Jika ramai pegawai agama itu atau yang sealiran dengan mereka bertarekat, atau pembaca hadis-hadis palsu dan lucu, maka mana-mana sahaja guru yang mengajar al-Quran dan hadis sahih serta tidak bersetuju dengan kekeliruan itu akan disenaraikan sebagai wahhabi dan diharamkan mengajar di masjid dan surau. Nama sultan akan digunakan. Dalam masa yang sama mereka membiarkan kemungkaran yang jelas di sana sini, lalu sibukkan diri dengan kelompok revivalist yang tidak mengancam masyarakat sama sekali. Jika ada pun, ancaman itu kepada pemikiran kejumudan dan kekolotan, bukan kepada masyarakat. Untuk menjustifikasikan kesibukan mereka dengan kelompok ini sehingga meninggalkan kemungkaran hakiki, mereka kata: âini lebih bahaya kerana wahhabiâ. Apa itu wahhabi? Jawab mereka wahhabi itu wahhabi! Sikap ini menjadi lebih panas apabila munculnya di Malaysia âaliran pengkafir umatâ yang bernama Ahbash yang bersekongkol dengan sesetengah pihak agama. Di peringkat yang lebih tinggi, istilah wahhabi dikenakan kepada mereka yang tidak terikat dengan mazhab al-Syafiâi. Kononnya, mereka yang tidak ikut mazhab itu wahhabi. Saya telah sebut nas-nas ulama tentang hal ini dalam artikel-artikel yang lepas. Persis seperti yang disebut oleh Dr al-Qaradawi: âGolongan yang taksub ini tidak membolehkan sesiapa yang mengikut sesuatu mazhab keluar daripadanya, sekalipun dalam beberapa masalah yang jelas kepada pengikut mazhab bahawa dalil mazhabnya lemah. Sehingga mereka menyifatkan sesiapa yang keluar mazhab sebagai tidak berpendirian. Perbuatan ini sebenarnya mewajibkan apa yang tidak diwajibkan oleh Allah swtâ (Dr. Yusuf al-Qaradawi, Al-Sahwah al-Islamiyyah bain al-Ikhtilaf al-Masyruâ wa al-Tafarruq al-Mazmum , m.s 202, Kaherah: Dar al-Sahwah). Apa yang menariknya di Malaysia, sesetengah âmereka iniâ apabila menjadi âpenasihat-penasihatâ bank, bagi memenuhi keperluan bank-bank yang beroperasi atas nama Islam itu, mereka bersetuju pula dengan pandangan-pandangan hukum yang diambil tanpa mengikut mazhab. Bahkan pandangan Syeikhul Islam Ibn Taimiyyah .h begitu banyak diambil dalam masalah muamalat ini. Ini kerana, di seluruh dunia pandangan-pandangan beliau memang dikutip dalam memajukan masyarakat Islam. Padahal âsesetengah mereka iniâ di luar mesyuarat bank yang berâelaunâ itu, mereka menuduh Ibn Taimiyyah wahhabi, dan sesiapa yang bersetuju dengan Ibn Taimiyyah sebagai âwahhabiâ. Bahkan di luar bank mereka bersekongkol dengan golongan yang mengkafirkan atau menyesatkan Ibn Taimiyyah. Demikian ketika saya menjadi mufti dahulu, apabila saya memberikan padangan larangan mengintip (tajassus), boleh menjawab salam bukan muslim, wajib membinkan kepada bapa asal sekalipun bapanya bukan muslim, masjid untuk kaum cina, keluasan menerima pandangan dan lain-lain lagi, maka pandangan-pandangan ini dituduh oleh sesetengah pihak agama sebagai wahhabi. Padahal pandangan tersebut jika dibincangkan di Barat dianggap dalam aliran modernism atau rationalism dan penentangnya mungkin akan dimasukkan kepada kelompok wahhabism. Di Malaysia, sebaliknya, yang terbuka itu wahhabi dan sesat, yang tertutup itulah yang âmembolot segala kebenaranâ. Cara fikir beginilah yang menguasai sektor-sektor agama kerajaan dan mencepatkan âpereputanâ kekuatan kerajaan yang ada. Cara fikir begini jugalah yang menguasai sesetengah aliran agama dalam pembangkang. Sebab itu barangkali, lima puluh tahun kemerdekaan, bukan muslim bukan sahaja tidak bertambah faham, sebaliknya bertambah keliru dan tegang mengenai Islam. Tindakan mereka ini mengingatkan saya kepada artikel David Brubaker bertajuk Fundamentalisn vs Modernism: A Consideration of Causal Conditions bahawa penentangan terhadap pembaharuan lebih merujuk kepada masalah survival kelompok. Dalam usaha untuk hidup dan terus mendapat tempat dalam masyarakat dan kerajaan maka golongan pembaharuan akan ditentang. Bagi saya, bukan isu wahhabi sebenarnya, tetapi bimbang terpinggirnya tempat dan kedudukan. Namun, apabila mereka merasa ada ruangan untuk mendapat âkedudukanâ seperti isu perbankan tadi, mereka dapat pula menerima pandangan yang berbeza tanpa menuduh bank yang memberi elaun bulanan dan elaun mensyuarat itu sebagai âbank mazhab wahhabiâ. David Brubaker menyebut untuk survival mereka terpaksa memilih antara dua âoccomodation or resistanceâ. Maka, di Malaysia ramai yang dituduh wahhabi, namun ia adalah tuduhan misteri. Saya juga tidak menafikan ada yang dianggap wahhabi itu sendiri perlu bertolak ansur dalam sebahagian pendapat. Namun, untuk menuduh orang lain wahhabi hanya kerana perbezaan pendapat, itu adalah sikap jakun yang cuba hidup di zaman globalisasi. Tulisan:- Dr. Asri Zainul Abidin sumber:- http://drmaza.com/home/?p=805 ----------------- Bonda Anis |
ipun ![]() ![]() |
![]()
AL-QURAN DAN HADIS SAHEH SUDAH DINYATAKAN.
SUDAH JELAS YANG MANA BENAR DAN BATHIL. DAN GUNALAH AKAL DIBERI ALLAH UNTUK MEMIKIR. KITA HANYA MENYAMPAIKAN ,ALLAH LAH YANG MEMBERIKAN MEREKA HIDAYAH. |
Member Messages |
Forum Search & Navigation |
---|---|
Log in to check your private messages |