Array
Welcome To Portal Komuniti :: Ukhwah.com

  Create An Account Home  ·  Topik  ·  Statistik  ·  Your Account  ·  Hantar Artikel  ·  Top 10 10-12-2024  

  Login
Nickname

Password

>> Mendaftar <<

  Mutiara Kata
Air yang mengapungkan kapal; air juga yang menenggelamkan kapal
-- Peribahasa Lama

  Menu Utama

  Keahlian Ukhwah.com
Terkini: navratan
Hari Ini: 0
Semalam: 0
Jumlah Ahli: 43152

  Sedang Online
Sedang Online:
Tetamu: 70
Ahli: 0
Jumlah: 70




  Yang Masuk Ke Sini
kasih_kekasih: 22 hari yang lalu
nur_takwa88: 28 hari yang lalu
kismis: 28 hari yang lalu
qaulah_atrah: 39 hari yang lalu
muaz9768: 43 hari yang lalu
Rashdin: 49 hari yang lalu

KEMATIAN SAHABATNYA MEMBUAT MENINGGAL AGAMANYA
 Posted on Khamis, 09 Jun 2005 @ 10:33:35oleh Kang
Umum syed menulis Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih." (QS. 17:67) "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (QS. 7:26)

IA BERDARAH CAMPURAN CINA DAN EROPA TAPI KINI BERMUKIM DI AMERIKA KEMATIAN SAHABATNYA MEMBUAT GADIS ITU MENINGGALKAN GEREJA DAN AGAMA KETIKA IA BERKUNJUNG KEJAKARTA SAYUP-SAYUP DIDENGARNYA SUARA ADZAN HATINYA TERSENTUH SEOLAH DIPANGGIL TUHAN UNTUK KEMBALI KEJALAN-NYA IA LALU MENCARI KEBENARAN HAKIKI DAN DIJUMPAINYA DALAM ISLAM GADIS ITU BERNAMA : ALICIA TUNG Meskipun sedari masa kanak-kanak hingga remaja aku tidak pernah melewatkan hari Mingguku tanpa ke Gereja, rasanya aku tidak pernah menemukan makna ibadah. Padahal aku aku sudah mencoba sekuat tenaga untuk menjadi seorang Nasrani yang baik, terlebih ketika ketiga sahabatku dari Indonesia mengalami kecelakaan maut di Amerika. Aku semakin tidak menghiraukan agama dan keberadaan Tuhan ! Peristiwa ini begitu dalam menikam kalbu dan meluapkan kemarahanku kepada agama yang tidak memberikan jawaban yang memuaskan terhadap tragedi kematian mereka. "Oh, Tuhan, mengapa Kau renggut mereka dalam usia belia? Kalau Kau tahu akan begini jadinya, mengapa mereka Kau ciptakan ?" Demikian protesku kepada setiap orang yang mencoba menjelaskan sebab-musabab kematian mereka. Untuk itulah aku sengaja meluangkan waktu mengunjungi makam mereka, saat kedatangan pertamaku ke Indonesia pada 1995, setahun selepa tragedi yang mengenaskan itu. Luka hatiku kembali terkuak tatkala aku menatap gundukan-gundukan tanah disela pohon-pohon kamboja yang mengering. Hembusan angin dan kicau burung dsiang hari itu tidak mampu menyejukkan perasaanku yang diaduk-aduk oleh kesedihan dan kemarahan lantaran aku tidak berdaya menghindarkan mereka dari kematian. Aku terluka karena kehangatan persahabatan yang kami bina sejak awal sama direnggutkan Tuhan. Ditengah kebimbangan itu aku berteriak, "Tuhan, kalau Engkau ada, tunjukkanlah keagungan Engkau. Sebab aku tidak tahu mesti berbuat apa !" Gema Adzan Sehari sesudah itu hatiku dilanda kesepian. Aku kembali dicekam kesedihan, dan merasakan betapa berat dan lunglainya tubuhku. Kuhabiskan waktuku hanya dengan berbaring dibilik hotel sambil membayangkan kenangan indah bersama tiga orang sahabat karibku itu.Tiba-tiba aku dikagetkan oleh sebuah suara merdu yang sangat asing bagi telingaku. "Oh, alangkah indahnya." gumamku penuh tanda tanya. Suara apakah itu yang mendayu=dayu mengusik ketenanganku ? "Itu disebut adzan, yaitu panggilan bagi ummat Islam untuk bersembahyang." kata seorang ibu yang menemani perjalananku. Aku berjanji ingin mengetahui Islam sekembaliku di Denver, Amerika Serikat, tempat kelahiranku nanti. Sebab aku yakin suara adzan yang mengisi kesepianku itu adalah petunjuk Tuhan. Aku percaya Tuhan mengabulkan doaku. Sejak itu, tidak sedetikpun waktu yang terlewat tanpa mempelajari Islam. Baik yang kudapat dari buku-buku maupun dari teman-teman Muslimku. Aku mencoba memahami prinsip-prinsip ajaran Islam seperti Sholat, zakat, puasa dan haji disamping ajaran-ajaran tentang moralitas. Belum genap tiga bulan aku berkenalan dengan Islam, akupun dapat berdamai dengan Tuhan yang telah merenggut nyawa teman-temanku. Aku menerima kepergian mereka sebagai takdir yang tak dapat dielakkan oleh manusia. Dan aku merasakan kian dekatnya hubungan manusia dengan Tuhan dalam Islam. Aku dapat berkomunikasi langsung. Kalaupun aku berbuat salah, aku dapat memohon ampun kepada-Nya tanpa perantara. Kebutuhan spiritual dan rasionalku dapat terpuaskan. Untuk itulah aku mengikrarkan diri sebagai Muslimah dihadapan para anggota Organisasi Islam Colorado, sebuah lembaga yang banyak membantu perjalananku dalam memahami ajaran-ajaran Islam. Menjadi Manusia Perbedaan agama bukan merupakan hal yang baru dalam keluargaku. Ayahku yang lahir di China tetap teguh berpegang pada ajaran Budha, sedangkan Ibu dan ketiga kakakku menganut Katolik Roma. Karena itulah pengakuanku sebagai seorang Muslimah tidak banyak menemukan kendala meskipun waktu itu aku belum genap berusia sembilan belas tahun dan merupakan putri bungsu satu-satunya dari empat bersaudara. Namun, bukan berarti jalan yang kulalui begitu mulus tanpa liku. Dimata komunitas gereja, keberadaanku tak ubahnya seperti seorang serdadu pembelot yang tidak akan dibiarkan hidup tenang. Dalam setiap kesempatan bertemu, mereka selalu melontarkan cemooh : "Apa sih untungnya memeluk agama yang penuh larangan ?" atau "Apakah kau tidak takut dilemparkan kedalam neraka kelak ?" Memang benar, banyak hal yang diharamkan dalam Islam yang terkadang membingungkanku. Namun aku tahu itu adalah konsekuensi menjadi Muslimah. Aku sadar dengan memilih Islam, maka akupun harus mematuhi ajaran-ajarannya. Gangguan-gangguan terus berdatangan, bahkan kali ini juga oleh kakak-kakakku. Mereka sering menggodaku dengan menawarkan makanan-makanan yang dilarang, termasuk bir. Tapi aku berusaha menguatkan hati. Dengan selalu memasrahkan diri kepada ALlah, justru godaan-godaan itu kujadikan batu ujian untuk mengkristalkan keimananku. Alhamdulillah, Mama mahu memahami sehingga memisahkan masakan buatku. Kini baru aku merasa menjadi manusia setelah masuk Islam karena aku melihat manusia berada pada kesamaan derajat dihadapan Tuhan yang tercermin dalam sholat berjamaah. Tidak perduli kaya, miskin ataupun gelandangan, semua sama. Siapa yang datang lebih dahulu bisa berada di saf terdepan. Juga aku merasa hidupku menjadi bermakna, aku sekarang tahu untuk apa dan untuk siapa aku menjalani kehidupan ini. Takut Tidak Tahan Ketika pertama kali menghadapi bulan suci Ramadhan, hatiku berdebar-debar. Aku dipenuhi ketakutan tidak dapat menjalani puasa, maklumlah sebelum memeluk Islam aku tidak pernah kelaparan. Rasanya aneh melihat orang tidak makan atau minum, padahal makanan dan minuman berlimpah. Tidak hanya itu, aku juga tidak tahu bagaimana seharusnya sikap orang yang berpuasa. Dalam benakku, berpuasa berarti tidak boleh makan dan minum sehari penuh itu saha. Maka hari-hari menjelang Ramadhan adalah hari-hari menakutkan. Aku sampai menangis karena khawatir tidak bisa menjalani beratnya ujian puasa. Ketika esoknya harus berpuasa, malamnya aku makan sebanyak-banyaknya sampai subuh. Begitupun malam berikutnya, aku sahur dan tidak berhenti makan sebleum batas waktunya. Namun, aku toh hanya dapat menjalaninya sampai 20 hari. Kini aku sudah terbiasa, dan puasa bukanlah suatu hal yang berat karena ternyata aku juga harus menahan diri dari segala nafsu duniawi. Maka untuk mengurangi rasa berat itu aku mengerjakan apa saja yang dapat kulakukan. Tantangan lain yang harus kuhadapi adalah keinginanku memahami ajaran Islam seutuhnya, sebab setidaknya aku harus bisa menjawab tepat jika ada yang bertanya tentang Islam. Untuk itu aku tidak segan-segan melepas profesiku sebagai fotomodel dan mulai melakukan safari ke Uni Emirat Arab, Oman dan Bahrain untuk mendalami ajaran dan kebudayaan Islam. Aku ikut pula menyokong kebangkitan umat Islam diseluruh dunia, khususnya berdirinya negara Palestina. Keaktifanku di "The Colour Islamic Organization" dikota Denver kumanfaatkan untuk berdiskusi tentang gerakan Palestina dalam pertemuan-pertemuan yang kami selenggarakan. Aku ingin orang-orang tidak sekedar melihat sisi ekstrem masyarakat Palestina, tetapi juga menghayati sebab-sebabnya serta esensi tujuan perjuangan mereka.

 

  Umum


Komen


"KEMATIAN SAHABATNYA MEMBUAT MENINGGAL AGAMANYA" | Login/Mendaftar | 1 Komen
Threshold
Komen di sini adalah hakmilik yang menghantar. Pihak Pengurusan Portal tidak ada kena mengena.


Re: KEMATIAN SAHABATNYA MEMBUAT MENINGGAL AGAMANYA
oleh Nazri ([email protected]) pada Isnin, 11 Julai 2005 @ 12:22:26
(Info AHLI)


Artikel yang menarik walaupun dalam bahasa INDON...
[ Tetamu tidak dibenarkan memberi komen. Sila mendaftar ]





Datacenter Solution oleh Fivio.com Backbone oleh JARING Bukan Status MSCMyPHPNuke Portal System

Disclaimer: Posting dan komen di dalam Portal Komuniti Ukhwah.com ini adalah menjadi hak milik ahli
yang menghantar. Ia tidak menggambarkan keseluruhan Portal Komuniti Ukhwah.com.
Pihak pengurusan tidak bertanggung jawab atas segala perkara berbangkit
dari sebarang posting, interaksi dan komunikasi dari Portal Komuniti Ukhwah.com.


Disclaimer: Portal Komuniti Ukhwah.com tidak menyebelahi atau mewakili mana-mana parti politik
atau sebarang pertubuhan lain. Posting berkaitan politik dan sebarang pertubuhan di dalam laman web ini adalah menjadi
hak milik individu yang menghantar posting. Ia sama-sekali tidak ada
kena-mengena, pembabitan dan gambaran sebenar pihak pengurusan Portal Komuniti Ukhwah.com

Portal Ukhwah
© Hakcipta 2003 oleh Ukhwah.com
Tarikh Mula: 14 Mei 2003, 12 Rabi'ul Awal 1424H (Maulidur Rasul)
Made in: Pencala Height, Bandar Sunway dan Damansara Height
Dibina oleh Team Walasri




Loading: 0.181806 saat. Lajunya....